TERNYATA melakukan (melaksanakan) apa yang dikatakan tidak semudah mengatakannya itu sendiri. Mengatakan, “berbuatlah yang baik”, mudah. Tapi melakukan yang baik tidaklah mudah. Mengatakan, “Rajin-rajinlah sekolah” –kata Pak/Bu Guru– itu mudah, tapi untuk melakukan rajin ke sekolah tidaklah mudah (oleh siswa bahkan oleh guru juga). Terbukti masih banyak peserta didik dan bahkan pendidik yang tak melakukannya.
Kalau begitu, melakukan memang tidaklah semudah mengatakannya. Berkata (entah menyampaikan apa saja, seperti dalam tulisan dan atau pembicaraaan di depan forum) tidaklah terlalu susah. Tapi untuk melaksanakan (mengamalkan) apa yang dikatakan itu selalunya tidak mudah. Apakah karena itu pula Tuhan sampai harus mengancam akan memberi dosa lebih besar kepada orang-orang yang hanya pintar berkata (menyampaikan) saja tapi tidak melakukannya? Bisa jadi.
Yang jelas, tanpa harus menjadi pengamat atau menjadi pakar (seperti yang banyak omong di TV-TV dan dibayar pula) rasanya kita juga banyak melihat orang-orang yang mungkin di sekeliling kita suka berkata lain dan ternyata berbuat yang lain pula. Yang diucapkan di mulut, rupanya tidak seperti yang dibuat dalam tindakan dan perbuatan. Munafiq? Ah, muingkin terlalu berlebihan menuduh begitu. Yang pasti, rasanya banyak kita saksikan gejala seperti itu.
Yang lebih agak merisaukan melihat fenomena lain di mulut lain di tindak-lanjut itu adalah jika yang melakukannya adalah mereka-mereka (kita-kita) yang sepantasnya mnenjadi teladan. Entah tokoh masyarakat, tokoh agama, para guru dan lain-lainnya, kita seseungguhnya adalah orang yang ikut bertanggung jawab sebagai masyarakat. Atau entah dia pejabat, pengusaha, bintang film, selebriti, anggota Dewan, dst…dst…yang sepanjang waktu dapat dilihat di televisi atau dapat terbaca beritanya di koran atau majalah, semua itu harusnya menjadi teladan untuk membuktikan. Lakukanlah apa yang dikatakan.
Kalau orang-orang seperti itu tidak juga sejalan apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan, akan semakin jauhlah harapan ketentraman dan kedamaian di negeri ini. Memang, semua kita (rakyat) ini, termasuk yang menulis ini, sesungguhnya berkewajiban juga untuk menyatukan (sejalan) perbuatan dengan perkataan. Biarpun orang kecil, jika semua memang bisa melaksanakan perinsip ’sama, apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan’ maka pelan tapi pasti, suatu saat nanti akan terwujudlah masyarakat yang aman sejahtera, di negeri dengan limpahan karunia ini.
Tapi kapan? Wallohu a’lam. Tapi kalau percaya dengan pesan, ‘mulailah dari diri sendiri‘ seperti sabda Nabi, maka jalan pertama untuk mengatasi kerisauan ini memang sebaiknya kita bertekad untuk memulainya dari diri pribadi. Orang lain mau memulai atau tidak, biarlah menjadi keputusan orang lain itu pula. Semoga.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar