Sabtu, 18 Januari 2014

Milad Nabi: Melahirkan Hati

KETIKA Maulid Nabi Muhammad diperingati selalu akan diingatkan kembali bagaimana Rasul Penghabisan itu lahir ke dunia. Tidak hanya detik-detik kelahirannya tapi jauh sebelum kelahirannya banyak kisah-kisah penuh hikmah disampaikan. Satu pikiran yang tidak lupa ditegaskan adalah bahwa Muhammad Saw dilahirkan ke dunia adalah dalam rangka memperbaiki akhlak manusia yang bobrok. Itu statemen Nabi dalam salah satu haditsnya.

Pekan-pekan di pertengahan Januari (2014) ini adalah hari-hari umat Islam kembali mengadakan peringatan-peringatan milad nabi. Kebetulan memang bersamaan dengan Bulan Rabi'ul Awal, bulan yang oleh jumhur ulama dianggap bulan lahirnya Muhammad Saw, penyelamat dunia akhirat. Mungkin sudah beberapa kali kita sudah mengikuti acara-acara peringatan hari bersejarah ini.

Pertanyaannya, apakah kita cukup mendengar berita kelahiran belyau saja? Apakah kelahiran Muhammad dengan catatan hidup yang begitu hebat: manusia yang paling berpengaruh sejagat raya versi Micheal Hart; manusia miskin harta yang paling darmawan; manusia yatim yang menjadi pengasuh orang miskin sejagat, dst dst...itu? Cukupkah mendengar berita spektakular itu saja?

Tentu saja tidak. Kalau 15 abad lalu telah lahir ke muka bumi ini manusia yang mampu mengubah kehidupan manusia hampir seluruh dunia, apakah peringatan tiap tahun yang kita ikuti tidak terpikirkan untuk melahirkan sesuatu yang juga berpengaruh dalam kehidupan ini? Saya pikir bisa. Setiap orang pasti dapat melakukan sesuatu yang akan berpengaruh untuk kemajuan dan kebaikan manusia.

Jika Muhammad lahir karena dibutuhkan manusia jahiliah yang saat itu sudah jauh menyeleweungkan agama Taudih, apakah di zaman modern ini manusia juga sudah kembali lagi menyelewengkan agama Tauhid? Lima belas abad setelah nabi terakhir pergi adalah waktu yang sangat lama. Dengan kurang lebih tujuah miliar penduduk dunia saat ini tentu saja tidak sedikit yang mulai melupakan Tuhan. Kembali karakter jahiliah itu menjadi bagian hidup keseharian manusia: tidak percaya Tuhan, egois, tidak lagi memperhatikan orang-orang di sekitar, dst dst...

Maka perlulah momen Milad Nabi ini dijadikan kesempatan untuk memikirkan perlunya melahirkan pikiran baru. Jauh dari Tuhan pada dasarnya disebabkan oleh hati yang sudah terkotorkan oleh perasaan dan pikiran jahiliah itu. Maka marilah melahirkan hati dan perasaan yang baru yang lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq. Hidup berdampingan antara satu dengan lainnya adalah keniscayaan yang tidak dapat dihindarkan maka hati dengan keingina untuk bersama juga harus dilahirkan. Intinya, jangan Milad Nabi hanya sekedar seremoni membicrakan lahirnya seorang nabi hebat. Tapi umat yang saat ini masih hidup juga harus berpikir bagaimana menerapkan kehebatan nabi itu. Semoga!***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...