Minggu, 31 Juli 2022

Safro Muntah Gelombang

ISTERINYA sudah mengingatkan. "Jangan pergi, Bang. Kirim ampelop saja. Meskipun sahabat karib, kan nyeberang laut. Ini musim angin." Kata-kata Tina itu tidak dihiraukan Safro. Dia malah merasa tersinggung dikatakan tidak kuat menahan gelombang. Saya anak pulau, katanya dalam hati sambil mengepalkan tangan. Lahir di pulau. Ayah pelaut, mengapa harus takut? Safro berangkat juga sambil minta izin, pagi Sabtu itu.

Bersama beberapa orang teman yang mendapat undangan, Safro naik KM Karunia Jaya. Kapal berkapasitas 100-an orang itu penuh sesak. Kebetulan di akhir pekan dan libur awal Tahun Baru Hijriyah, ramai yang berangkat ke Batam. Di tengah laut gelombang itu kian kuat. Sejak lepas tali sampai 45 menit berlayar, gelombang terus menggila. Safro mulai mual. Dia menahan muntahnya. Rasanya sudah tidak tahan. Tapi dia malu meminta plastik seperti beberapa orang yang duduk di sebelahnya. Semuanya sudah memegang plastik, kalau-kalau muntah.

"Bruaak, aak..subhanalloh," Safro sudah finis. Perasaan mual yang ditahan sejak 15 menit yang lalu sudah sampai batasnya. Keluar dari mulutnya. Air liur yang sudah dipaksa ditelan sejak tadi, kini menggelegak keluar besama sarapan pagi tadi. Muntahnya tersembur ke sandaran kursi di depannya. Penumpang di kiri dan kannya berdiri. Memanggil kru kapal yang sibuk membagi-bagikan plastik. Safro teringat pesan bininya. Aduh, maaf sayang. Abang memang kualat. Coba kalau Abang kirim saja, tidak harus muntah begini. Safro ingin menangis. Tapi pasti malu.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...