TINA, isteri kesayangan itu sudah seminggu marah-marah melulu. Semua tak kena. Apa yang dibuat selalu seolah salah. Tumpuan tumpahan marahnya justeru ke lakinya, Safro. Itu yang Safro tidak terima. "Heran aku, kenapa aku yang diomelin. Pergi aja ikut demo ke sana. Katanya ada rencana demo masyarakat. Ya ikut aja. Jangan aku yang dimarah-marah." Safro ingin menyampaikan itu ke isterinya, tapi juga tidak berani.
"Bagaimana, Bang? Abang jangan diam aja. Ini sudah mau dua minggu." Tina kembali mengomel pagi ini. Sejak PLN membuat kebijakan mematikan listerik secara bergiliran di daerah ini, Tina merasa dirugikan. Mati lampu yang terkadang tidak diketahui, membuat barang-barang elektronik di rumahnya banyak yang rusak. Katanya ke suaminya, kulkas rusak, tv rusak, apa lagi tuh, semua rusak. Lama-lama kita juga ikut rusak," semprot Tina ke lakinya sambil membanting pintu dapur.
Safro justeru sepekan ini lebih memilih diam. Tidak memberikan kemontar apapun terhadap isu PLN mati bergiliran, itu hanya akal-akalan pimpinan PLN. Mereka senagaja mematikan lampu di banyak gardu hanya untuk mengurangi penggunaan minyak. Isu itu kian kencang di tengah masyarakat. Karena itu pula konon ada yang ingin berdemonstrasi ke kantor PLN. Tapi Safro diam saja. Aku tak hendak mengeluh meskipun mati lampu, katanya di hatinya yang sebenarnya sudah pilu.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar