JIKA dibuat kesal, bisa saja rasa kesal yang keluar. Jika dibuat tenang dan tawakal, tentu saja tenang dan tawakkal yang akan keluar. Sangat tergantung dari diri masing-masing, bagaimana merasakan dan merespon keadaan yang datang.
Bagaimana, misalnya menerima kenyataan lampu (PLN) di rumah sebentar-sebentar mati, sebentar-sebentar mati. Bisakah menerima itu ketika tiba-tiba barang-barang elektronik di rumah rentan rusak tersebab lampu mati tiba-tiba saja? Atau tidak bisa menerimanya?
Konon, lampu mati karena diperlukan mati kata orang PLN. Kok harus mati? Konon juga karena ada kerusakan salah satu pembangkit listriknya. Akibatnya daya listrik berkurang dan harus ada yang dimatikan. Maka terbitlah jadwal lampu mati dari PLN. Jadwal itu diedarkan di medsos yang ada. Hanya saja tidak semua orang membaca jadwal itu. Yang tak membaca itu yang kesal? Boleh jadi.
Jika kita dapat menerima kenyataan itu, maka sesungguhnya jauhlah rasa kesal di hati kita. Tapi jika tidak bisa menerimanya maka menumpuklah rasa kesal di hati kita. Inilah salah satu yang beberapa hari ini di sini (maksudnya di Karimun) terjadi. Baru saja mati, beberapa jam sebelumnya, kini mati lagi. Kesal?
Lalu bagi yang suka nonton olahraga, khususnya menyaksikan pertandingan dan lomba yang saat ini berlangsung di Vietnam, Sea Games, Pesta Olahraga Negara-negara Asia Tenggara 2021 yang baru dihelat tahun 2022 ini. Ternyata ada juga yang membuat kesal. Kesal karena perolehan medali Negara Indonesia yang kita sangat cinta ini tidak berada pada urutan pertama. Tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesua yang nomor satu terbanyak di Asia Tenggara.
Rupa-rupanya perolehan medali tidaklah cerminan jumlah penduduk. Vietnam yang memborong medali begitu banyak, katanya disebabkan oleh statusnya yang tuan rumah. Tapi bagaimana dengan Thailand, Singapura dan Phlipina yang penduduknya jauh lebih sedikit dan bukan tuan rumah namun mendapatkan medali lebih banyak dari pada negara kita? Kesal?
Ah, kesal tak kesal janganlah kesal. Tidak perlu membuat kesal. Kita jalani saja hidup ini sebagaimana baiknya. Dikatakan seperti air mengalir, ya mengalir sajalah. Tidak harus selalu kesal dan jengkel. Bisa? Bisakah? Ah, harus bisa.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar