SETELAH mendengar tausiah seorang ustaz di masjid sebelah rumahnya, tiba-tiba saja kini Safro suka bercermin. Sebentar-sebentar dia berdiri di depan lemari baju yang ada cerminnya itu. Bangun tidur dia berdiri sejenak di situ. Mau keluar kamar, mau ke luar rumah juga berdiri sejenak di depan kaca. Dia melihat-lihat ke seluruh tubuhnya yang nyata terlihat di balik kaca. Ustaz suruh kita bercermin menjelang akhir Ramadhan, katanya dalam hati
"Mengapa, Bang aku tengok asyik berkaca aja sejak beberapa hari ini? Ada yang salah dengan wajah Abang?" Safro terkejut, ternyata isterinya memperhatikan perangainya sejak tiga hari itu. Dia tak menjawab pertanyaan isterinya. Justeru dia mencoba mengingat-ingat pesan ustaz yang sayup-sayup dia dengar malam itu. Waktu itu ustaz yang memberikan tausiah Ramadhan menjelang tarwih menyampaikan judul "Bercermin Diri Menjelang Akhir Bulan Suci," yang isinya menyuruh jamaah untuk instrospeksi diri, bagaimana amal-ibadah puasanya setelah 20 hari Ramadhan. Ustaz ingatkan, jangan letih berpuasa tapi hanya dapat lapar saja. Jadi harus muhasabah.
Safro tidak menyimak inti kajian malam itu. Dia juga tidak ke masjid. Hanya mendengar ceramah ustaz dari suara mick yang masuk ke dalam rumahnya. Judul cermah itu memang dia dengar dengaj jelas. Dalam pikirannya, ya bercermin itu artinya berkaca. Melihat wajah kita, bagaimana menjelang Hari Raya. Hanya itu yang dia pahami. Dia mau bertanya ke isterinya tapi malu.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar