Mertuanya pernah mengatakan di sahur pertama, Safro tidak biasa makan sahur. Tapi Tina tidak mencerna satu kalimat mertuanya menjelang sahur itu. Setelah sahur kedua dan ketiga suaminya tidak juga sahur, Tina mulai berpikir lain. "Ini sahur keempat, Pak. Abang sahur kemarin juga tidak sahur. Apa..." Tina tidak meneruskan kalimat itu. Dia takut kedua mertuanya yang tengah makan bersama akan terganggu. "Tina tidak makan sama?" Ibu mertuanya bertanya dengan ekspresi datar saja.
"Ya, Tina kenapa tidak sahur sama?" Pak Didin, ayah Safro mengulang bertanya kepada Tina yang mondar-mandir di ruang makan itu. Sebentar-sebentar ke kamar lalu ke ruang makan lagi. Tina tidak menjawab pertanyaan mertuanya itu. Dia justeru memikirkan lakinya yang masih berbaring di kamar setelah beberapa kali dibangunkan. Tina kembali berpikir, apakah suaminya menganggap masakannya tidak enak? Ini menyakitkan, jerit Tina dalam hati. Pagi ini saya juga tidak mau makan, kata Tina sambil mengemas meja makan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar