JUMAT (15/04/2022) pagi. Ramadhan ke-13 1443, bertepatan libur 'wafat Isa Al-Masih' hari ini. Saya menulis status di salah satu akun medsos, "Duh, yang terlebat yang saya ingat, hujan menderu saat solat subuh. Hingga 30-an menit bakda salam semua jamaah tetap di dalam." Saya tulis beberapa menit setelah sampai di rumah.
Saya jadikan peristiwa lebatnya hujan pagi ini sebagai catatan harian untuk pagi ini. Ada kesan dan angan tersendiri bagi saya. Hujannya turun saat solat subuh berlangsung di Masjid Al-Ubudiyah, Wonosari, Meral, Karimun, tempat saya dan jamaah kampung Wonosari berjamaah setiap hari. Tidak sekadar hujan, karena di telinga saya derunya hujan sangatlah lebat.
Saya tidak tahu, apakah makmum yang berada di belakang saya mendengar suara saya dalam hujan yang menyiram atap tanpa loteng itu. Saya berharap begitu karena masih menggunakan pengeras suara. Hanya saja, hujan yang sangat lebat tetap mengganggu kekhusyukan dalam solat subuh itu.
Hingga salam hujan tidak surut. Justeru, kedengarannya menimbulkan suara yang lebih kuat. Sepertinya titisan hujan itu lebih besar dengan bunyi yang lebih kuat. Selesai zikir dan doa sebagaimana biasa, ternyata hujan tidak menunjukkan akan reda. Suaranya tetap sama sejak awal hingga berakhirnya doa imam. Kami para jamaah pun duduk kembali setelah bersalam-salaman seperti lazimnya sehabis solat.
Saya melihat tidak ada yang mencoba bergerak keluar masjid. Ini beanr-beanr hujan lebat. Semua jamaah subuh duduk rapi di tempat yang disukai. Tidak diatur, namun kelihatannya teatur karena duduk bersaf mengikuti barisan saf solat. Saya duduk bersila dan mengisi waktu itu dengan membaca alquran yang kebetulan sudah dihafal. Jadi, saya tidak mengambil alquran untuk dibuka.
Saat hujan di hari Jumat seperti ini saya teringat kesan hujan lebat yang terjadi jauh hari beberapa tahun yang lalu. Saat itu saya masih menjadi guru di SMA Negeri Tanjungbatu. Seingat saya itu pada tahun 1987. Kesan yang tak dapat saya lupakan adalah karena hujan itu bertahan hingga beberapa hari ke depan. Hampir sepekan hujannya. Menyebabkan banjir di daerah rendah, Sungai Sebesi dan sekitarnya.
Saya ingat anak-anak SMA Negeri Tanjungbatu yang rumah dari daerah banjir, mereka menggunakan sampan di beberapa tempat hingga sampai daerah yang tidak berair. Saya juga ingat, sudah semua 'dalaman' basah dan lembab. Celana dalam yang dipakai untuk mandi, walapun sudah beberapa hari tetap belum kering karena memang tidak ada matahari dalam beberpa hari itu.
Peristiwa itu pula yang memberi pengetahuan baru ke saya. Kata orang tua-tua waktu itu, jika hujannya dimulai hari Jumat maka turun hujannya akan lama. Lebih lama. Dan karena itulah maka hujan hari ini tadi menjadi perhatian dan membuat datangnya kenangan masa lalu itu.
Tapi ternyata tidak terjadi. Setidak-tidaknya hanya 30-an menit itu saja hujannya. Setelah berhenti dan jamaah kembali, saya pastikan hujan tidak ada lagi. Setidak-tidaknya hingga saat catatan ini saya tulis --sekitar pukul 08.40-- hujan belum atau tidak turun. Langit memang mendung. Akankah turunnya berulang? Saya tidak tahu.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar