Rabu, 04 Agustus 2021

Penipu itu Ingin Saya Tipu (Lagi)

SUDAH larut malam, saat itu. Senin, 2 Agustus 2021 yang lalu. Hampir pukul 11 malam. HP saya tiba-tiba berdering saat saya sudah terlelap sejenak. Saya bangun. Saya mengangkatnya. Meskipun mata saya terasa berat karena sudah tepejam sejak beberapa menit yang lalu, saya paksakan menjawab panggilan itu. Saya tetap mengangkat HP meskipun di tengah malam karena saya selalu berpikir, setiap panggilan telpon yang masuk pasti itu penting bagi yang menelponnya. Apalagi pada jam-jam tidak biasa.

Di seberang sana bukannya ucapan selamat malam, asalamualaikum atau ucapan lainnya sebagai ucapan pembuka sapaan yang saya dengar. Saya mendengar suara seperti anak laki-laki menangis sambil memanggil ayah. "Ayah...ayah...," begitu suara di seberang sana sambil menangis yang saya dengar. Kok memanggil ayah? Apa ini salah sambung? Tapi saya tetap menyapa dengan kalimat biasa, hallo...hallo sambil mengatakan suaranya terputus-putus dan kurang jelas.

"Ini, Bapak siapa?" Saya mendengar suara orang lain bertanya. Bukan suara lelaki yang tadi pertama saya dengar. Tentu saja saya heran, dia yang menelpon saya, kok malah bertanya siapa. Bukannya dia tahu sebelum menelpon? Dia menyebut dirinya adalah polisi.

Saya mulai curiga. Pertama, mengapa penelpon --pertama-- itu menyapa saya dengan panggilan ayah? Anak-anak saya tidak memanggil saya dengan sapaan itu selama ini. Kedua, kok dia bertanya, siapa nama saya sambil menyebut bahwa dia katanya dari kepolisian? Dia memperjelas, kalau dia adalah polisi yang memastikan orang tua dari anak yang tadi menangis di awal telpon. Katanya, anak (saya itu) sedang diamankan polisi. Weh, saya terkesiap juga dengan keterangan itu. Tapi sedikit banyak saya agak curiga.

Kecurigaan saya semakin kuat karena beberapa waktu lalu saya pernah mendapat telpon yang sama polanya. Saya ingat dan kebetulan saya menulisnya juga di blog ini dengan judul catatan Kisah Nyata, Menipu Penipu yang saya posting pada 24 Februari 2013. Sudah lama sekali peristiwa itu. Tapi saya menyimpulkan, telpon malam ini adalah telpon penipu juga yang ingin menipu saya. Pasti saja saya tidak ingin tertipu. Justeru saya ingin kembali menipu mereka.

Saya terus memancing dengan menjawab panggilanya. Berulang-ulang saya katakan, kalau suara mereka kurang jelas sambil terus saya jawab pertanyaan mereka. Sementara itu isteri saya yang berada di sebelah kiri saya juga ikut mendengar karena memang belum tertidur saat itu. "Siapa?" tanyanya. Saya meneruskan saja menjawab suara di seberang telpon tanpa menjawab pertenyaan isteri saya. 

Dalam waktu yang sama, menggunakan HP satu lagi saya mengontak anak saya apakah dia ada di rumah (di kamarnya) atau lagi di luar. Dua anak saya, keduanya ada di kamar masing-masing. Menantu saya yang beradadi rumah lainnya juga saya pastikan ada di dalam rumahnya. "Hello, maaf kami dari kepolisian. Ini siapa?" tanyanya beberapa kali. Tentu saja saya balik bertanya, "Bapak cari siapa?"

Saya mendengar suaranya sedikit meninggi. Dia seolah mengancam 'anak gadungan' yang dikatakan anak saya itu untuk diproses lanjutan. Saya berusaha menjawab dengan nada khawatir juga. Tapi ternyata mereka mulai mengetahui kalau kedoknya sudah saya ketahui. Penelpon itu malah bersuara kasar dan mengeliuarkan kalimat tidak sopan sambil menutup telpon. Sungguh, saya tidak salah menduga kalau itu adalah komplotan penipu.

Sering kita dengar orang tua (seringnya Ibu-ibu) tertipu oleh kelompok ini. Dengan menyebut salah seorang keluarga ada masalah, entah kecelakaan, ditangkap polisi dan lainnya, mereka lalu menghubungi orang tua. Dengan banyak alasan, mereka minta segera transfer uang agar masalahnya selesai. Tapi, jika orang tua sudah terlanjur mengirimkan uang, maka tertipulah orang tua itu. Saya sendiri, malam itu ingin lebih lama berbicara dengan mereka. Tentu bagian dari usaha memancing mereka. Sepertinya malam ini, saya tidak bisa lama berbicara dengan mereka. Mungkin mereka tahu kalau kedok mereka sudah kita ketahui.***

2 komentar:

  1. Saya juga pernah mengalaminya pak haji. Ada ada saja ya org berbuat kejahatan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Karimun sudah ada orang tua yang menjadi korbannya, Om Jay. Terlanjur mengirimkan uang 5 jt dan setelah diperiksa ke Rumah Sakit sama sekali tidak ada anaknya yang keelakaan. Begitulah penipu.

      Hapus

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Pertemuan Bulanan IPHI Edisi November, Lancar

PERTEMUAN Bulanan IPHI (Ikatakan Persaudaaraan Haji Indonesia) Kabupaten Karimun edisi November 2024, Ahad (10/11/2024) berjalan lancar. Dih...