PADA hakikatnya kita sebagai manusia adalah makhluk tersempurna yang diciptakan Tuhan berbanding segala
ciptaan-Nya yang lain. Selain pisik yang sempurna, manusia juga disempurnakan dengan diberinya akal (pikiran) dan perasaan. Itu jelas ditegaskan di dalam kitab-Nya, Alquran.
Sesungguhnya
Kami telah ciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya (sempurna). (At-Tiin: 95:03).
Sebagai makhluk sempurna hakikat keberadaan kita diciptakan adalah sebagai
pengibadah karena di ayat lain Dia menegaskan bahwa tidak diciptakan kita, manusia, termasuk jin kecuali untuk semata-mata beribadah. Dengan istilah lain manusia itu adalah sebagai
pekerja atau bekerja. Bekerja itulah yang disebut sebagai beribadah.
Kalau begitu manusia itu hendaklah bekerja
(beribadah) dalam bentuk apapun selama itu tidak dalam tataran larangan Tuhan. Setiap tindakan dan perbuatan berarti akan dikategorikan sebagai sebuah ibadah. Bukan ibadah itu semata melaksanakan rutinitas solat, berpuasa, berzakat dan iabadah yang memang sudah diperintahkan sebagai kewajiban. Makan, minum, ke sekolah, ke kantor, ke laut atau kemana saja, selama itu dalam tataran kebaikan di sisi Allah, maka itulah ibadah.
Hal lanjutan dari pelaksanaan pekerjaan adalah ketekunan dan sandaran ingatan. Pekerjaan haruslah dikerjakan dengan tekun dalam arti mengingat Sang Pencipta.
Satu pekerjaan atau kewajiban yang dilakukan dengan mengingat Allah semata itu pertanda kita bekerja dengan
ketekunan atau khusyuk. Sedangkan khusyuk adalah ukuran keikhlasan dalam pekerjaan.
Jika pekerjaan atau kewajiban dapat terjalankan dengan sandaran semata karena ingat kepada Allah dapat dipastikan strategi itu akan dirasakan oleh kita bahwa bekerja itu semata karena iman kepada Allah. Artinya menjadi semata-mata beribadah kepada-Nya. Khusyuk atau konsntrasi. Di sinilah akan dirasakan bahwa pelaksanaan kewajiban itu sebagai sebuah mediasi
rizki kita di hadapan Allah. Ketika konsentrasi hamba benar-benar penuh kepada-Nya artinya setiap pekerjaan itu akan menemukan jalannya yang benar di sisi Allah.
Manusia beriman akan selalu berusaha
dalam upaya mendapatkan rezekinya dengan landasan iman dan kebaikan. Dalam Alquran
sudah jelas dikatakan bahwa kita, manusia ini pada hakikatnya sedang dalam lingkaran kerugian kecuali jika kita beriman dan berbuat kebaikan dalam kebenaran. Orang beriman dan bekerja dalam kebaikan, itulah orang yang oleh Tuhan akan dijauhkan dari merugi. Jadi, iman dan pekerjaan dua sejalan yang tidak boleh terpisahkan.
Sesungguhnya bekerja itu adalah beribadah sekaligus menjadi wadah meraih
rizki yang diridhai Allah. Di sinilah pentingnya bahwa pekerjaan itu harus disertai jalan yang
dirodhoi Allah. Jangan pernah kita biarkan diri kita untuk berbuat
sesuatu yang tidak diredhoi Allah. Karena ibadah tanpa ridho Allah sekaligus itu berarti tidak ada ibadah pada diri kita. Jika itu terjadi artinya rizki yang sesungguhnya sudah disediakan-Nya akan terhambat jalannya kepada kita. Allah sudah perintahkan manusia untuk berbuat baik dan bekerja atas ridho Allah karena itulah pemutus jalan datangnya kerugian pada manusia. Manusia akan terhindar dari merugi selama imannya mengantarkannya untuk bekerja dengan kebaikan dan kebenara.
Hari ini dan setiap hari kita dituntut untuk saling mengingatkan pentingnya bekerja dengan landasan iman dan kebaikan sebagai bukti kita menerima amanat hidup yang dianugerahkan Allah kepada kita. Pentingnya kita bekerja karena sesungguhnya bekerja itu adalah beribadah.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar