Jumat, 28 Agustus 2020

Wisuda di Atas Bukit Terjal

INI acara wisuda. Wisuda yang mungkin terkesan duka. Seorang sarjana yang akan mengikuti prosesi wisuda sarjanya harus bersusah-susah. Tidak seperti biasanya, wisuda itu konotasinya berbahagia. Bahagia karena kesarjanaannya segera diresmikan dan akan diakui. Tapi inilah, sedikit ada rasa dukanya karena harus berjalan kaki ke atas sebuah bukit yang jalannya tidak mudah. Jalan terjal berbatu dan tampak semak.

Seperti diberitakan oleh salah satu televisi swasta Nasional hari Jumat (28/08/2020) pagi, seorang wisudawan harus membawa keluarganya ke satu tempat yang tidak lazim. Bukan ke auditorium kampusnya. Bukan juga ke aula yang biasanya tempat dilakukannya wisuda. Tapi orang tua dan keluarga besarnya dibawa naik bukit terjal dengan jalan yang berbatu agar bisa menyaksikannya mengikuti wisuda. 

Karena wisudanya dengan cara daring, Ahmad Krismon, begitu nama sarjana ini harus mencari tempat yang ada signalnya. Di kampungnya, di Kabupaten Agam sana (tentu saja di tempat yang jauh dari kota) tidak ada signal untuk HP-nya yang perlu signal internet. Yang terdekat signal dari rumahnya adalah dengan jarak lebih dari 2 km, di sebuah bukit terjal. Di situlah ada signal. Maka ke situlah dia membawa keluarganya untuk melihat dia diwisuda oleh kampusnya. 

Ahmad Krismon, menurut berita televisi, itu kuliah di IAIN Imam Bonjol. Persisnya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Kebanggaan sebagai seorang sarjana yang segera akan diwisuda pasti saja dia ingin berbagi bahagia itu dengan keluarga besarnya. Sayangnya, era covid-19 telah menyebabkan wisuda di gilirannya ini harus dengan daring saja. Para wisudawan tidak bisa berada di satu tempat (ruangan) untuk mengikuti proses wisudanya. Hanya bisa mengikutinya melalui layar kaca (android) saja. Inilah masalahnya. Di kampungnya, itu kebetulan memang tidak ada signal yang diperlukan androidnya. 

Terkadang, kita yang kebetulan ada signal dan sedikit ada gangguan, begitu kesalnya hati kita. Bagaimana dengan hati Ahmad Krismon yang di dekat rumahnya sama sekali belum ada signal. Jikapun sudah ada toar yang terpasang oleh salah satu provider, ternyata itu belum berfungsi disebabkan belum adanya jaringan listrik ke sana. Sungguh, Negara kita yang besar ini masih jauh dari cukup apa yang sesungguhnya sudah menjadi kebutuhan pokok die rah digital ini.***
Diposting juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Catatan Kunjungan FKUB Batam di FKUB Karimun

BEBERAPA hari menjelang rencana kedatangannya ke Kabupaten Karimun salah seorang pengurus FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kota Batam me...