Selasa, 11 Desember 2018

Cintaku Literasi, Ku Menulis Setiap Hari: Sebuah Moto Motivasi Menulis



SEORANG teman, Blogger Nasional, seorang guru IT di sebuah sekolah swasta terkenal di Jakarta sana, dia aktif di berbagai kegiatan yang berkaitan dengn TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Dia teman saya terutama di dunia maya. Dia memiliki moto yang bagus untuk motivasi dalam menulis. Motonya begini, 'Menulislah Setiap Hari, Buktikan Apa yang Terjadi.' Itu moto yang berisi ajakan dan tekad untuk terus-menerus menulis. Moto yang bagus, menurut saya. Saya setuju tekad dan ajakan itu. Siapa dia? Dia adalah Wijaya Kesuma atau yang lebih dikenal dengan panggilan Om Jay.

Dalam maksud yang sama dengan istilah yang berbeda, saya juga mempunyai moto untuk memotivasi kreativitas tulis- menulis saya pribadi. Syukur, jika orang lain terikut motivasi juga. Saya membuat moto begini, 'Cintaku Literasi, Ku Menulis Setiap Hari' dengan maksud dan tujuan yang sama, memotivasi dan mengajak untuk menulis selalu. Ajakan pertama tentu saja untuk diri sendiri. 'Ku Menulis Setiap Hari' artinya diri sendiri terlebih dahulu akan melakukan kreativitas menulis. Maka moto ini lebih kepada ajakan yang mendahulukan diri sendiri --untuk melakukannya-- sebelum mengingatkan kepada orang lain. Bahasa agamanya, ibda' binafsika, 'awalilah dari dirimu seniri.'

Bagi seorang guru (seperti saya, misalnya, meski sudah pensiun), menulis (membuat karya tulis) dalam bentuk dan jenis apapun adalah sebuah keniscayaan. Tidak bisa dihindarkan. Tidak boleh juga menghindar. Bahkan menulis secara khusus adalah sebuah kewajiban. Katakanlah menulis khusus untuk persiapan mengajar, menulis soal (instrumen) untuk evaluasi belajar, dan lain-lain itu, misalnya. Mempersiapkan bahan ajar dan sejenisnya pastilah tak bisa dihindarkan juga. Itu tidak bisa dinafikan. Kewajiban menulis ini sudah melekat dalam diri seorang guru itu sendiri. Itulah yang kita sebut, wajib menulis bagi guru itu.


Kini terserah kita sebagai guru atau siapa saja yang ada niat ingin menulis. Hanya ada satu, yaitu kemuan untuk menulis. Kemauan adalah kunci utama untuk tugas dan kerja apa saja jika ingin selesai. Harus mau melakukannya. Pesan orang tua-tua melalui peribahasa, 'Dimana Ada Kemauan di Situ Ada Jalan' adalah pernyataan yang sudah teruji kebenarannya. Peribahasa itu tidak bisa dibantah. Dengan kemauan, apa saja bisa. Tanpa kemauan tidak akan ada satupun yang bisa. Untuk yang berkemauan selalu ada jalan. Tapi bagi yang tidak berkemauan akan selalu ada alasan.

Nah, ternyata kemauan pun harus pula ada pendorongnya. Apa saja, silakan dicari pendorongnya. Saya percaya, ada banyak yang bisa dijadikan pendorong agar timbul semangat dan kemauan. Salah satu yang perlu adalah, kita harus memiliki moto atau jargon motivasi untuk menulis itu sendiri. Moto, Cintaku Literasi, Ku Menulis Setiap Hari adalah salah satu contoh moto yang saya ciptakan sebagai pendorong semangat itu. Dan moto ini saya harapkan menjadi kalimat pendorong saya dalam menulis. Itulah yang selama ini saya tempelkan di pikiran dan ingatan saya. Apakah Anda akan memakai moto ini juga atau akan memakai moto Om Jay di atas? Atau sebenarnya kita masing-masing sudah mempunyai moto sebagai pemotivasi menulis bagi diri kita?  Itu malah lebih bagus.

Jika memang sudah ada, ayo. Mari kita terus menulis. Mari terus belajar menulis jika merasa harus belajar. Praktik, praktik dan praktik menulis setiap hari adalah cara terbaik agar kita mampu menulis. itulah latihan terbaik. Kita tahu, menuois itu adalah sebuah keterampilan yang hanya bisa muncul dengan terus berlatih.***
Tulisan yang sama di: https://mgmpmenulis.blogspot.com/2018/12/cinta-literasi-menulis-setiap-hari.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...