SETELAH sangat lama tidak berjumpa, sore Ahad (06/ 09) akhirnya terjadi juga. Tadinya, memang tidak lagi terpikirkan untuk membuat pertemuan, tapi momen Syawal, Zulhijjah dan Pilkada menjadi alasan juga. Dengan berbagai usaha, helat berlabel "Halal bi Halal dan Silaturrahim' yang disejalankan dengan 'Pelepasan Haji warga IKK' itu terlaksana juga.
Yang dimaksud sudah sangat lama 'tidak berjumpa' di awal alinea di atas adalah pertemuan rutin anggota IKK (Ikatan Keluarga Kampar) Kabupaten Karimun yang kebetulan masih saya ketuanya, yang memang sudah lama sekali tidak diadakan. Pengurus dan anggota dengan alasan kesibukan, sudah sangat lama tidak mengadakan pertemuan.
Dulu, awal-awal saya dipercaya menjadi peneraju organisasi perkumpulan orang-orang yang berasal dari Kabupaten Kampar (Riau) itu, pertemuan rutin setiap bulan selalu diadakan. Sejak terpilih di penghujung 2011 hingga menjelang 2013 itu, rutinitas pertemuan selalu terlaksana. Dengan menggunakan gedung Batobo, gedung yang memang menjadi kebanggaan masyarakat Kampar pertemuan bulanan tetap terlaksana di hari Ahad, pekan terakhir setiap bulannya. Tapi sejak akhir 2013 itu, sepertinya perkumpulan ini bagaikan 'kerakap tumbuh di batu, mati tak hendak hidup pun tak mau'.
Itulah kenyataan yang ada. Sebagai ketua yang merasa periodisasinya sudah habis, saya meminta kepada semua rekan-rekan pengurus lain dan anggota agar segera mengadakan rapat/ musyawarah besar untuk membentuk kepengurusan baru. Tentu saja para pengurus yang ada wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepengurusannya sebelum membentuk pengurus baru. Tapi itu, sampai pada tahun 2015 ini, rapat itu tidak pernah terlaksana.
Sampailah momen Pilkada tiba. Kita tahu, di penghujung tahun 2015 ini akan ada Pilkada serentak (bupati/ wali kota dan gubernur) yang sudah menjadi ketentuan pemerintah. Semua daerah di Tanah Air ini akan mengadakan Pilkada untuk kembali memilih pemimpinnya. Tidak terkecuali Karimun.
Nah, bersamaan dengan datangnya Syawal sebagai penutup Ramadhan lalu itu, tiba-tiba saja beberapa pengurus ingin menjadikan momen Syawal itu sebagai kesempatan untuk mengadakan pertemuan warga IKK. Mengapa perlu ada pertemuan? Inilah titik kuncinya. Semua organisasi masyarakat, terutama yang menyangkut kelompok masyarakat dengan suku-suku/ etnis yang ada di Karimun, semuanya sudah menyatakan sikap dalam menghadapi Pilkada itu.
Jika masyarakat Kampar tidak memberikan sikapnya, tentu saja akan merugikan warga IKK sendiri. Sebagai organisasi yang sudah ada sejak lama (sekitar 80-an) tentu saja akan rugi sekali jika tidak memperlihatkan eksistensinya di momen Pilkada. Padahal beberapa organisasi yang sama dari daerah lain, sudah memberikan sikap walaupun baru beberapa bulan saja berdirinya.
Maka disepakatilah pertemuan Ahad itu dengan membuat acara silaturrahim dan halal bilhalal yang juga disejalankan dengan pelepasan haji dari warga IKK. Jadi, kombinasi Syawal dan Zulhijjah dalam menyongsong Pilkada itulah yang menjadi latar belakang terwujudnya pertemuan IKK ini. Dengan harapan pertemuan ini nanti akan menjadi pintu pembuka untuk kembali menghidupkan organisasi masyarakat ini. Bisakah?
Inilah pertanyaan kunci yang sebenarnya merisaukan. Sepertinya para pengurus harus benar-benar siap untuk berpeluh-peluh bahkan berdarah-darah lagi jika tetap ingin menghidupkan organisasi seperti ini. Mengurus ormasy seumpama persatuan orang kampung ini memang tidak mudah. Benar-benar akan membuat pengurusnya 'lemas' jika tidak siap mental, pikiran, pisik bahkan harta-benda. Mengurus organisasi orang kampung alias persatuan kedaerahan memang tidaklah mudah. Harus sepenuhnya menggunakan perinsip keikhlasan.
IKK yang berdiri sejak lama, sudah berganti-ganti pengurus beberapa kali. Satu kendala yang selalu terasa adalah jika ingin mengadakan rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan rutin yang sudah disepakati. Yang akan hadir selalu hanya beberapa orang saja. Dan orangnya akan selalu itu-itu saja. Jadi, apakah pertemuan silaturrahim dalam rangka halal bihalal dan mengantar jamaah haji ini akan mampu mengembalikan semangat anggota dan pengurus untuk berkegiatan lagi? Bisakah? Pertanyaan yang tidak akan mudah menjawabnya. Waktu akan mencatatnya nanti. Yang pasti, mengurus ormas memang bisa membuat lemas. Dalam lemas tetap juga harus ikhlas.***
Dulu, awal-awal saya dipercaya menjadi peneraju organisasi perkumpulan orang-orang yang berasal dari Kabupaten Kampar (Riau) itu, pertemuan rutin setiap bulan selalu diadakan. Sejak terpilih di penghujung 2011 hingga menjelang 2013 itu, rutinitas pertemuan selalu terlaksana. Dengan menggunakan gedung Batobo, gedung yang memang menjadi kebanggaan masyarakat Kampar pertemuan bulanan tetap terlaksana di hari Ahad, pekan terakhir setiap bulannya. Tapi sejak akhir 2013 itu, sepertinya perkumpulan ini bagaikan 'kerakap tumbuh di batu, mati tak hendak hidup pun tak mau'.
Itulah kenyataan yang ada. Sebagai ketua yang merasa periodisasinya sudah habis, saya meminta kepada semua rekan-rekan pengurus lain dan anggota agar segera mengadakan rapat/ musyawarah besar untuk membentuk kepengurusan baru. Tentu saja para pengurus yang ada wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepengurusannya sebelum membentuk pengurus baru. Tapi itu, sampai pada tahun 2015 ini, rapat itu tidak pernah terlaksana.
Sampailah momen Pilkada tiba. Kita tahu, di penghujung tahun 2015 ini akan ada Pilkada serentak (bupati/ wali kota dan gubernur) yang sudah menjadi ketentuan pemerintah. Semua daerah di Tanah Air ini akan mengadakan Pilkada untuk kembali memilih pemimpinnya. Tidak terkecuali Karimun.
Nah, bersamaan dengan datangnya Syawal sebagai penutup Ramadhan lalu itu, tiba-tiba saja beberapa pengurus ingin menjadikan momen Syawal itu sebagai kesempatan untuk mengadakan pertemuan warga IKK. Mengapa perlu ada pertemuan? Inilah titik kuncinya. Semua organisasi masyarakat, terutama yang menyangkut kelompok masyarakat dengan suku-suku/ etnis yang ada di Karimun, semuanya sudah menyatakan sikap dalam menghadapi Pilkada itu.
Jika masyarakat Kampar tidak memberikan sikapnya, tentu saja akan merugikan warga IKK sendiri. Sebagai organisasi yang sudah ada sejak lama (sekitar 80-an) tentu saja akan rugi sekali jika tidak memperlihatkan eksistensinya di momen Pilkada. Padahal beberapa organisasi yang sama dari daerah lain, sudah memberikan sikap walaupun baru beberapa bulan saja berdirinya.
Maka disepakatilah pertemuan Ahad itu dengan membuat acara silaturrahim dan halal bilhalal yang juga disejalankan dengan pelepasan haji dari warga IKK. Jadi, kombinasi Syawal dan Zulhijjah dalam menyongsong Pilkada itulah yang menjadi latar belakang terwujudnya pertemuan IKK ini. Dengan harapan pertemuan ini nanti akan menjadi pintu pembuka untuk kembali menghidupkan organisasi masyarakat ini. Bisakah?
Inilah pertanyaan kunci yang sebenarnya merisaukan. Sepertinya para pengurus harus benar-benar siap untuk berpeluh-peluh bahkan berdarah-darah lagi jika tetap ingin menghidupkan organisasi seperti ini. Mengurus ormasy seumpama persatuan orang kampung ini memang tidak mudah. Benar-benar akan membuat pengurusnya 'lemas' jika tidak siap mental, pikiran, pisik bahkan harta-benda. Mengurus organisasi orang kampung alias persatuan kedaerahan memang tidaklah mudah. Harus sepenuhnya menggunakan perinsip keikhlasan.
IKK yang berdiri sejak lama, sudah berganti-ganti pengurus beberapa kali. Satu kendala yang selalu terasa adalah jika ingin mengadakan rapat-rapat atau pertemuan-pertemuan rutin yang sudah disepakati. Yang akan hadir selalu hanya beberapa orang saja. Dan orangnya akan selalu itu-itu saja. Jadi, apakah pertemuan silaturrahim dalam rangka halal bihalal dan mengantar jamaah haji ini akan mampu mengembalikan semangat anggota dan pengurus untuk berkegiatan lagi? Bisakah? Pertanyaan yang tidak akan mudah menjawabnya. Waktu akan mencatatnya nanti. Yang pasti, mengurus ormas memang bisa membuat lemas. Dalam lemas tetap juga harus ikhlas.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar