SAYA sudah tahu kalau para pendukung sekaligus pemain teater Akar Tamadun (sebelumnya bernaung di bawah Sanggar Nilam Sari) SMA Negeri 3 Karimun itu memang hebat. Sudah beberapa kali mereka tampil di depan penonton, khususnya siswa/ wi dan guru SMA Negeri 3 Kaarimun. Saya ingat setiap acara perpisahan kelas XII, para pemain teater ini senantiasa tampil untuk membawakan berbagai lakon. Mereka selalu sukses memerankan karakter tokoh yang mereka bawakan.
Malam Minggu (Sabtu malam, 30/ 11) lalu kembali mereka berakting di hadapan penonton yang cukup ramai. Kali ini untuk mengisi acara Festival Teater Bangsawan antar beberapa teater di dua provinsi, Kepulauan Riau (Kepri) dan Riau. Dari Kepri ikut berlomba beberapa teater dari Tanjungpinang dan Karimun. Sementara dari Riau ikut berlomba teater dari Pekanbaru dan Kabupaten Kampar.
Saya menyaksikan penampilan Akar Tamadun dengan seksama. Betapa anak- anak muda yang masih menuntut ilmu di SMA Negri 3 Karimun itu tampil sangat baik. Mereka mampu memukau penonton yang berjejal duduk di bawah tenda yang dipasang di samping kiri rumah bupati. Saya ingin mengatakan di sini, ternyata mereka jauh lebih hebat dari pada yang selama ini saya saksikan. Mungkin untuk tampil kali ini mereka benar-benar mempersiapkan diri dengan lebih baik lagi.
Sejak tampil pertama sesaat setelah layar coklat itu terbuka mereka langsung membuat decak kagum para penonton. Dengan menampilkan adegan gelombang laut, mereka menggoyang-goyangkan kain warna biru sebagai pengganti air laut di atas pentas. Sementara seorang deklamator membawakan puisi yang berisi tentang kisah seorang anak nelayan yang mempunyai cita-cita tinggi.
Beberapa kesan hebat yang dapat saya tangkap dari penampilan Akar Tamadun malam ini adalah berhasilnya mereka menyampaikan inti pesan dari kisah 'anak nelayan yang bercita-cita tinggi' walaupun kehidupannya sangat miskin. Ibunya sudah sakit-sakitan sementara ayahnya sudah tiada karena ditelan gelombang laut beberapa waktu lalu.
Kakaknya satu-satunya, seorang wanita berkali-kali mengingatkan dan menghalangi niat si anak nelayan untuk meninggalkan kampung nelayan. "Siapa lagi yang akan membela keluarga kita? Kemana lagi saya dan mak akan bergantung jika engkau pergi?" Kurang lebih seperti kakaknya mengingatkan. Tapi lelaki anak nelayan itu tetap teguh ingin merantau untuk menuntut ilmu. Dalam angannya, kelak dia akan hidup lebih sejahtera jika mau bersekolah lebih tinggi. Dan dia akhirnya tetap berangkat juga.
Setiap dialog yang disampaikan oleh para tokoh dalam kisah ini benar-benar menyentuh hati. Bahasa yang sopan dan santun kepada Mak dan Kakaknya; nasehat yang juga lemah-lembut dari seorang ibu kepada satu-satunya anak lelakinya itu, juga menjadi sesuatu yang menggugah penonton. Mereka benar-beanr berhasil membuat penonton tercenung menyimak jalan cerita yang mereka tampilkan secara teateriikal itu.
Anakku, ternyata kalian memang jauh lebih hebat dari pada yang kami (para guru) saksikan selama ini. Ayo, teruskan kiprahmu bersama teater Akar Tamadun, SMA Negeri 3 Karimun ini. Semoga kalian juga mampu menambah prestasi bidang kesenian sekolah kita ke depan nanti. Syabasy, anak-anakku!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar