Menyampaikan doa bertalu-talu seperti debu menyerbu
Karena itukah doa-doa tak jua diijabah
Karena itukah setumpuk gundah tak pernah sudah
Berharap banyak sepanjang masa yang terkoyak
Terkadang terasa senak di hulu dada yang paling jauh menyesak
Bagai tak berperasaan jua aku mengetuk pintu-Mu, Robb
memelas asa kepada Mu
mengalirkan air mata
Sebegitu lama ku tak pernah malu
membiarkan lampu-lampu waktu tak menyala menyapa
Tak jua kuhidupkan setitikpun cahaya ibadah
Ku tak malu membentang tangan hitam legam dosa menadah doa
Ku tak malu membentang tangan hitam legam dosa menadah doa
Menangis tersedak berpura-pura duka
Karena itukah doa-doa tak jua diijabah
Karena itukah setumpuk gundah tak pernah sudah
Pintu-Mu tak jua terbuka menunjukkan hidayah
Karena pintuku tak juga terbuka kuncinya
Tersumbat dosa yang terus kutabur benihnya seluas hamparan hdiupku
Mengapa ku tak pernah malu meminta ampun kepada-Mu, Robb
di tengah langkah dosa yang kuayunkan sigap menghadap jurang
Mengapa ku tak malu meminta agar dosa-dosa berkarat laknat diampuni jua
Berharap syurga ada menjadi tempat aku bersama
Tapi kunci pintu pintaku tak jua terbuka
Mungkinkah aku tidak pantas meminta
Tidak layak memelas harap agar pintu doa terbuka
Aku adalah pungguk yang tak malu menunggu bulan-Mu
Tbk,06042021

Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar