SUDAH sama dipahami bahwa bulan puasa (Ramadhan) disebut pula sebagai bulan pendidikan, syahrul tarbiyah. Di bulan mulia ini pada hakikatnya seorang muslim banyak belajar. Belajar bagaimana menahan lapar dan haus hingga belajar memahami makna lapar dan haus itu sendiri bagi seseorang yang sedang melaksanakan puasa.
Menahan lapar akan menjadikan seseorang mengerti bagiamana rasanya lapar dan haus. Dengan itu pula seseorang mengerti bahwa ada banyak saudari/ ri lain yang tidak dapat makan dan minum karena memang tidak ada yang akan dimakan dan diminum. Jika seorang yang karena kewajiban agama tidak makan dan minum, pada dasarnya dia hanya menahan lapar dan haus selama larangan makan dan minum karena berpuasa saja. Sementara orang-orang yang lapar karena memang tidak ada makanan dan minuman itu tidak pernah tahu kapan dia akan dapat makan dan minum.
Di situ terdapat pelajaran penting bagaimana seharusnya mengasihani dan membantu orang-orang yang kelaparan dan kehausan karena tidak adanya makanan dan minuman itu. Dengan berpuasa orang merasakan lapar dan haus. Dan dengan itu pula diharapkan timbulnya keinginan untuk saling membantu sesama manusia. Inilah salah satu pelajaran penting yang didapatkan oleh seseorang yang berpuasa.
Puasa yang benar adalah puasa yang dilandasi hanya dengan keikhlasan dan kejujuran. Puasa tidak mungkin terlaksana dengan keterpaksaan karena puasa bersifat personal antara Tuhan dengan hamba-Nya. Itulah sebabnya puasa juga harus dilaksanakan dengan penuh kejujuran pula. Ikhlas dan jujur akan menjadi kunci sah-tidaknya puasa. Karena puasa hanya akan diketahui oleh dua pihak (hamba dan Tuhannya) saja. Orang lain tidak akan tahu persis seseorang itu berpuasa atau tidak. Inilah khasnya ibadah puasa yang sangat rahasia sifatnya. Beda orang puasa dengan tidak berpuasa hanya akan diketahui oleh yang melaksanakan puasa itu sendiri dan oleh Tuhan sendiri.
Di sini berarti ada satu pelajaran penting lagi, yaitu hidup dan kerja yang wajib dilandasi oleh keikhlasan dan kejujuran. Dalam keadaan bekerja dan atau beraktivitas sehari-hari sesungguhnya mestilah dilandasi juga dengan keikhlasan dan kejujuran. Dua sifat ini akan mengantarkan seseorang dalam kerjanya tanpa pamrih atau tanpa sebab lain selain karena rasa tanggung jawabnya. Keadaan seperti itu pulalah yang akan menjamin suksesnya pekerjaan seseorang itu.
Kini puasa segera akan ditinggalkan. Idul Fitri sudah di ambang pintu. Hanya dua hari lagi kita berada di bulan suci ini. Artinya dua hari ini pula lagi kita mengikuti pelatihan dan pembelajaran dalam Ramadhan ini. Setelah itu kita akan keluar dan meninggalkannya. Lalu apa yang akan kita lakukan pasca Diklat ini? Tentu saja membuktikannya di luar Ramadhan itu nanti. Sebelas bulan pasca Ramadhan mari kita tunjukkan bahwa kita memang sudah lulus dalam latihan dalam Ramadhan ini. Mari kita laksanakan apa yang sudah kita peroleh dalam Ramadhan.
Rasa solidaritas dan tolong menolong adalah sikap yang tidak boleh lagi diabaikan. Sekecil apapun kemampuan kita dalam memberi pertolongan kepada yang membutuhkan, harus tetap diberikan. Sementara sikap ikhlas dan jujur adalah sikap dasar yang wajib diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari kita. Dan tentu saja masih banyak nilai-nilai lain yang sebenarnya juga kita dapatkan selama ramadhan ini. Sikap-sikap seperti teguh dan kokoh dalam pendirian, gigih dan bersemangat dalam melaksanakan tanggung jawab serta banyak lagi, semua itu hendaklah kita buktikan pasca Ramadhan ini. Insyaallah kita akan menjadi orang berguna di tengah-tengah masyarakat.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar