Sepekan menjelang pemilihan barulah Pak RT lama menyatakan
tidak akan maju. Dan barulah ramai yang mendaftar ingin menjadi Pak RT. Safro
salah satunya. Peliknya, Safro tidak diizinkan isterinya menjadi calon. Safro
ngotot ingin maju. "Bang, orang pakai duit kalau mau maju. Mana ada yang
gratis hari gini. Nanti untuk dapat suara harus bayar calon pemilihnya.
Begitulah bangsa kita." Safro terperangah mendengar ceramah bininya.
Sebenarnya dia tidak percaya kalau mau menang harus membayar. Itu, kan raswah,
menyogok, berdosa dan masuk neraka, guman Safro di hati. Tapi bininya
benar-benar mengingatkan akan kebiasaan itu.
Bismillah, saya maju saja tanpa sogok-menyogok. Kapan bangsa
kita dewasa kalau setiap pemilihan harus bayar? Akhirnya Safro melengkapi
persyaratan sebagai bakal calon dan namanya resmi menjadi calon. Tinggal tiga
hari pencoblosan. Safro masih ingat pesan bininya. Dan detiuk-detik menjelang
pemilihan itu akhirnya Safro mundur juga setelah malam menjelang pencoblosan
dia mendapat info kalau akan ada 'serangan fajar' dari dua calon. Safro angkat
tangan mendengar itu. Safro langsung ketemu ketua panitia, menyatakan muncur
dari pencalonan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar