SUDAH tak terhitung berapa kali Tina merayu Safro agar menerima kenyataan. Anak semata wayang, itu akan segera berpisah. Pasti akan jauh nantinya. Itu perasaan Safro. Safro tetap bertahan untuk tidak menerima rencana menikahkan anaknya. "Ini belum menikah, Bang. Masih bertunangan. Anak kita tetap akan di rumah ini," kata Tina, isterinya mengulangi rencana akan pertunangan Adi. Adi akan segera bertunangan pekan depan setelah Tina meresek perempuan itu. Safro tidak menolak akan dijodohkan.
"Kita akan ke sana Rabu malam lusa, Bang. Semua bahan dan alat-alat untuk antaran sudah siap. Tukang pantun juga sudah saya hubungi. Jangan sampai gagal gara-gara perasaan Abang yang kuno itu." Safro diam dan tetap bertahan. Dia berpikir, jika anaknya menikah berarti akan tinggal di rumah mertuanya. Masalahnya rumah mertuanya jauh di pulau lain. Akan tinggal dia dengan isterinya saja di rumah nantinya. Itulah hal yang tidak bisa dia terima.
Sejak pagi Safro tidak ada di rumah. Malam nanti rombongan akan ke rumah Pak Nandar meminang anak gadisnya. Pagi ini harus meninggalkan kampung ini untuk berangkat ke Pulau Manggis, satu jam perjalanan laut dari sini. Semua rombongan sudah berkumpul tapi Safro, orang tua Adi tidak ada. Belum kelihatan batang hidungnya. kemana dia gerangan? Tina benar-benar risau. Rencana ini tidak mungkin dibatalkan. Pihak wanita sudah diberi tahu kalau malam nanti akan ada kunjungan pertunangan ini. Jangan sampai batal, kata Tina dalam hati. Setengah menjelang berangkat kepelabuhan Safro menampakkan wajahnya. Ayo, kita berangkat. Tapi aku akan kehilangan anak, katanya pelan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar