SUDAH dua pekan Bu Tina, isteri Safro bertanya-tanya di dalam hati. Tepatnya sejak suaminya tiba-tiba minta belikan durian. Durian Tanjungbatu, kata suaminya itu. “Mengapa harus durian Tanjungbatu, Bang? Apa tidak bisa durian di sini. Kebetulan ada yang dari Medan ini.” Safro keukeh, maunya hanya durian Tanjungbatu. Setiap hari dia merengek minta durian kepada isterinya. Abang sudah tidak tahan, sayang. Belikanlah durian itu.
Sebenarnya bukan persoalan durian dari Tanjungbatunya yang membuat Tina bertanya-tanya. Kebetulan sekarang memang lagi musim durian di Tanjungbatu. Mudah saja mencarinya. Di Karimun ini juga ada yang menjual durian dari Pulau Kundur itu. Masalahnya, mengapa tiba-tiba bang Safro mau makan durian? Tina tiba-tiba ingat enam tahun lalu, saat suaminya juga meminta durian dari Tanjungbatu.
Mengapa harus dari Tanjungbatu, Bang? Dan mengapa Abang sekarang tiba-tiba mau makan durian? Tapi Tina tidak jadi bertanya begitu. Dulu, waktu berdebat masalah keinginan Safro yang tiba-tiba mau makan durian, justeru Tina sangat senang. Dia bangga. Waktu itu, ternyata Bang Safro mengidam makan durian karena bakal dapat anak pertama mereka. Aneh, memang, mengapa Tina yang hamil, kok suaminya yang ngidam? Apakah aku saat ini hamil? Umur anak kami memang sudah hampir tujuh tahun. Tapi kami kan sepakat cukup satu saja. Apakah Medy bakal dapat adik? Huh, ampun, saya kan rutin minum obat itu. Kok bisa lewat? Tina termenung sendiri.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar