HARI ini, Selasa (20/04/2021) bertepatan Ramadhan ke-9. Artinya hingga sore tadi sudah 8 hari kita (muslim) menunaikan kewajiban menahan makan dan minum serta bentuk lain yang dapat membatalkan puasa. Tidak terasa sudah mendekati angka 10 bulan Ramadhan. Kata guru-guru dan para ustaz malam-malam penuh rahmah akan segera berganti dengan malam-malam penuh ampunan (maghfiroh).
Setiap kita akan punya catatan tersendiri setiap harinya. Suka atau duka tergantung kepada yang mendapatkan pengalamannya. Dan saya sendiri, ingin sedikit saya infokan pengalaman saya ini di halaman ini sebagai catatan Ramadhan 1442 (2021) tahun ini.
Setelah bertahan dengan keadaan yang tidak terlalu sehat sepekan sebelum Ramadhan, saya mencoba menerima kenyataan itu sebagai pernak-pernik Ramadhan saja. Ujian? Bisa juga karena sesungguhnya saya tidak merasakan nyaman dalam keseharian menjelang datangnya Ramadhan. Bahkan satu hari menjelang satu hari Ramadhan, saya bahkan 'roboh'. Barulah besoknya saya berobat ke dokter setelah saya coba untuk tidak ke dokter sepekan itu.
Setelah masuk Ramadhan, sedikit demi sedikit pisik saya terasa sedikit mendingan. Tapi, jujur saja saya belum merasakan fresh seperti Ramadhan tahun lalu, misalnya. Namun saya tetap menerima itu. Sekali lagi, jika ini adalah ujian maka saya menerima keadaan badan yang belum juga kuat sebagai cobaan dari Tuhan.
Catatan saya hari ini, saya ingin mengatakan bahwa sesungguhnya badan saya belum juga pulih. Setiap berbuka dan makan sahur, harus saya katakan kalau semua menu yang disiapkan isteri itu terasa hambar atau bahkan pahit. Padahal semua makanan yang disediakan isteri saya adalah makanan sehari-hari yang memang biasanya lahap-lahap saja saya makan.
Apa boleh buat, sepertinya menjelang sepertiga bulan pertama ini saya harus menerima kenyataan ini. Tadi sore, saya kembali mengunjungi dokter. Saya berharap, beberap hari-hari ke depan kekuatan saya kembali seperti sedia kala.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar