BUKAN kehilangan kesempatan. Hanya memindahkan. Kalau biasanya bakda Isya menjelang mata berat, itu duduk tenang di depan laptop, malam --Kamis, 06/10/2022-- ini tidak. Tidak bisa duduk di kursi itu karena ada tugas lain yang sebelumnya tidak terencana. Maksudnya tidak dalam kegiatan kebiasaan.
Mujur tak dapat dirayu, malang tak dapat ditolak. Itu peribahasa orang-orang dulu. Maksudnya, apa yang kita inginkan tidak bisa datang dengan rayuan. Tak dapat diminta. Tanpa rayuan juga akan datang, kalau memang sudah saatnya. Sebaliknya yang tidak diinginkan tidak akan bisa ditolak jika sudah saatnya.
Hari ini mungkin malang itu yang datang menimpa. Anak saya mendapat ujian. Harus masuk Rumah Sakit (RS). Katanya harus sedikit operasi, besok. Maka sejak sorenya dia diminta masuk RS oleh dokter yang sebelumnya memeriksanya di RS lain. Dia dan suaminya sepakat rujukan dokter dari tempat praktik itu agar dilanjutkan ke RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Muhammad Sani. RS terbesar di kabupaten ini.
Setelah saya tahu penyebab dia harus bermalam di RS karena wajib berpuasa mulai pukul 03.00 nanti, saya harus menerima kenyataan itu. Konsekuensinya adalah dua cucu yang biasanya bersama mereka di rumahnya, harus bersama saya (Atok) dan Nenek. Bahkan sejak pukul tiga sore dia sudah bersama kami karena harus kami yang menjemput di tempat dia dititip. Mamanya sendiri sudah masuk RS saat sebelum itu.
Bukan karena kesulitan untuk mengurusnya. Dia memang harus dimandikan, diberi makan dan sampai harus ditidurkan. Itu memerlukan waktu. Sejak dia saya jemput hingga malam menjelang keduanya tidur, sepenuhnya waktu saya adalah dengan mereka berdua. Bahkan Nenek juga bersama membuat dia tenang. Maklumlah, inilah pertama kali kedua tidur tidak bersama mama-papanya. Dalam usia 3-5 tahun, pasti saja mereka masih ingin tidur bersama orang tuanya.
Setelah keduanya tertidur, barulah kursi yang sejatinya saya duduki sejak bakda Isya, dapat saya duduki pada pukul 22.00 ini. Untuk membuat sebuah tulisan atau catatan pada hari ini juga baru saat ini kesempatannya. Saya tidak perlu mengatakan kehilangan kesempatan untuk menulis. Ini hanya memindahkan kesempatan saja. Moto #CintakuLiterasiKumenulisSetiapHari# itu tetap bisa saya praktikkan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar