Rabu, 05 Oktober 2022

Hujan Menderu Hingga Subuh

TERBANGUN karena terkejut saya lngsung keluar kamar. Biasanya kalau hujan lebat dan diselingi guruh dan petir cucu saya, Akif akan terbangun. Lalu akan mengetok pintu kamar tidur kami, Atok dan Nenek. Dia memang rada takut jika hujan lebat, apalgi ada petirnya. Namanya juga anak-anak. Usia baru 9 tahun. Akif tidur di kamar terpisah dengan kamar tidur kami. Itulah yang teringat saat saya terbangun karena dentuman petir lumayan keras.

Dini hari Rabu (05/10/2022) ini, sekitar pukul 02.00 saya terbangun karena hujan dan petir itu. Reflek saya buka pintu dan akan melihat cucu. Khawatir dia akan terbangun dan 'meraung' ketakutan. Ternyata benar dia sudah duluan keluar dari kamarnya. Saya dan Akiif sama-sama keluar kamar. Bertemu di ruang keluarga (ruang tengah). Dia merengek ketakutan. Belum sempat menangis. Saya tahan dia untuk tidak masuk kamar Atok. Biasanya dia langsung masuk kamar kami ingin pindah tidur kalau cuaca begitu.

"Udah, udah hujannya tak apa-apa. Akif masuk kamar lagi," kata saya sambil memeluknya dan mengajaknya masuk ke kamar tidurnya kembali. Dia mau setelah saya yakinkan kalau hujan tidak apa-apa. "Tidur aja. Ini masih malam," kata saya lagi. Dia pun masuk kamarnya dan menggulung badannya dengan selimut. Lalu tidur. Saya tersenyum kecil di hati menyaksikan dia bersembunyi di balik selimut itu.

Saya pun kembali ke kamar dan tidur. Hujan di luar masih turun. Isteri saya sepertinya tetap tidur setelah tadi ikut terbangun bersamaan saya keluar kamar. Karena saya lihat dia sudah tertidur lagi saya tidak membangunkannya karena Akif sudah kembali ke kamarnya juga. Saya langsung saja menarik selimut dan tidur lagi.

Pukul 04.00 saya kembali terbangun. Ini bangun yang sudah diatur, ada alarm HP yang berbunyi saat jam itu. Saya memang mengatur bangun untuk bersiap subuh itu pada waktu itu. Jadi ada kesempatan untuk BAB, mandi dan lainnya sebelum masuk waktu subuh. Jika masih ada waktu, bisa lakukan beberapa rakaat sebelum berangkat ke masjid. Ini rutinitas biasa.

Ternyata hujan masih gerimis menderu walaupun tidak selebat saat pertama terbangun tadi. Sampai masuk waktu subuh, hujan sepertinya semakin kecil turunnya terdengar menyiram atap rumah. Waktu ke masjid pun sudah tiba setelah persiapan dilewatkan. Karena hujan tidak lebat, saya engkol scutter merah itu dan alhamdulillah dapatlah bersama jamaah lainnya di masjid. Sudah ada 7-8 orang yang berada di masjid. Azan berkumandang setelah waktu masuk.

Ternyata oh ternyata, baru saja sampai di masjid hujan turun kembali. Kini sangat lebat. Sepertinya atap aula Masjid Al-Ubudiyah yang dipakai untuk ruang solat begitu kuat bunyi siraman hujannya. Tapi bersyukur saja karena sudah sempat sampai di masjid. Artinya ada waktu tanpa hujan untuk menuju masjid beberapa menit sebelumnya. 

Hingga solat tuntas, hujan belum reda. Masih selebat saat akan solat. Kami para jamaah kembali duduk untuk bersikir atau apa saja sembari menunggu hujan reda. Ini benar-benar pengalaman yang akan teringat selalu. Hujan menderu hingga subuh bahkan setelah solat subuh juga masih harus menunggu. Tentu tidak masalah. Hujan justeru membawa rahmat dan berkah. Sumur-sumur bisa berisi air atau bertambah airnya. Kasihan juga, kabarnya di beberapa daerah di Jawa sana hujan sudah lama tidak turun.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Pesan Gubernur Saat Menutup Resmi STQH ke-11 Provinsi Kepri

GUBERNUR Kepri, H. Ansar Ahmad, menutup secara resmi perhelatan STQH (Seleksi Tilawatil Quran dan Hadits) XI Tingkat Provinsi Kepri tahun 20...