DI MASJID Al-Ubudiyah, Kampung Wonosari, tempat saya bermastautin pemotongan hewan kurban dilaksanakan pada hari Idul Adha, 10 Zulhijjah 1443 (10 Juli 2022) kemarin. Tepat pada hari H Idul Adaha. Di beberapa tempat ada pula yang melaksanakannya di hari kedua (tasyrik).
Di Kantor DPD Partai Golkar Kabupaten Karimun, misalnya melaksanakannya pada hari Selasa (12/07/2022) ini. Begitu juga di atau di sekolah-sekolah di bawah YDM (Yayasan Darul Mukmin) Karimun memotong hewan kurbannya pada hari ini, hari kedua Idul Adha. Pasti masih banyak tempat-tempat lain yang melaksanakan tidak hari pertama. Boleh jadi hingga tiga hari ke depan (selama hari tasyrik) akan ada masyarakat atau lembaga yang melaksanakannya.
Hal penting dari pemtongan hewan kurban itu, selain mengingatkan kepada kita sejarah awal saat Nabi Ibrahim akan memotong leher anaknya, Ismail juga ada begitu banyak hikmah dari ritual pemotongan hewan kurban itu sendiri. Ambillah satu hikmahnya sebagai iktibar kepada kita, yakni makna tersirat dari pemotongan hewan kurban itu bagaikan memotong sifat hewan itu sendiri. Jika hewan memiliki sifat ingin menang sendiri, tidak bisa membedakan haknya dengan hak hewan lainnya, maka pemotongan hewan kurban dapat pula diartikan sebagai memotong sifat-sifat butuk itu. Tentu saja maksudnya sifat buruk yang terdapat pada manusia, baik pemilik hewan kurbannya maupun yang menyaksikan proses pemotongan hewan kurban itu.
Apakah semua orang memiliki sifat-sifat buruk itu? Tentu saja tidak. Tapi pasti ada diantara kita yang masih memiliki sifat-sifat seperti sifat ingin menang sendiri, sifat mau menguasai hak orang lain yang bukan haknya, sifat tamak dan lainnya. Maka jika sifat itu ada pada kita, inilah momen terbaiknya kita memotong (membuang) sifat tersebut bersamaan dipotongnya hewan kurban itu. Bisakah?
Bisa atau tidak akan tergantung kepada kita juga. Jika kita mau tentu bisa. Tapi jika kita tidak mau maka tentu tidak bisa.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar