Pada vaksin kedua dia benar-benar menolak ajakan isterinya.
"Tidak, tidak, aku tak hendak. Saya tidak mau divaksin lagi. Ternyata
memang buat demam." Safro terbayang vaksin pertama yang membuat dia harus
istirahat bekerja dua hari. Bukan istirahatnya yang dia sesalkan. Tapi tidak
bekerjanya. Tidak ada uang masuk, katanya dalam hati. Tapi Tina minta untuk
bersabar dan menahan sedikit 'meriang' yang dia akan rasakan nanti. Dan Safro
tetap luluh oleh ibu beranak satu itu.
Kali ini Safro tidak banyak bicara. Tina sudah tiga hari
merayunya. Safro kokoh bertahan. Dia suruh bininya pergi sendiri. Bawa aja
motor sendiri. Atau bisa sama Akri, katanya. Dia berusaha menghindar. Setiap
jadwal vaksin disampaikan isterinya, dia menghilang. Entah kemana dia ngumpet.
Pokoknya dia tidak ada di rumah. Isterinya mulai kehilangan akal bagaimana
merayu lakinya. Karena tidak ada juga jalan tengahnya, Tina mengancam akan
pergi. "Saya mau ke rumah Bapak, empat hari," katanya sambil membawa
sebuah tas. Safro termenung.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar