HARI ketiga Idul Fitri, anak Safro satu-satunya, Akri merengek minta ke pantai. Seumur-umurnya, Safro tidak pernah ke pantai untuk mengisi waktu lebaran. Pantai itu identik maksiat, katanya dalam hati. Dia juga ingat pesan ayah-emaknya, kalau di hari baik bulan baik ini wajib mengunjungi keluarga. Pada Idul Fitri kita harus mengunjungi semua keluarga. Begitu pesan ayahnya saat babenya itu masih hidup. Kini dia tidak ingin melanggar pesan kedua orang tuanya itu. Ingat Safro, masih ramai keluarganya dan keluarga isterinya yang belum dikunjungi.
Akri tidak bisa dibantah keinginannya. Anak semata wayang itu sangat manja. Selain sebagai anak tunggal, Akri juga memiliki penyakit bawaan sejak lahir. Tidak boleh dimarahi atau dibiarkan merajuk. Dia akan pingsan. "Tunggu hari Ahad nanti aja, Nak ya? Kita pergi, pokoknya. Jangan hari ini." Safro berusaha membujuk anaknya dengan mengulur waktu. Mudah-mudahan dia lupa, harap Safro di hati.
Pagi hari ketiga, itu Akri benar-benar terbangun lebih pagi sesuai janjinya kepada ibunya. Safro masih di masjid, tadinya. Meneruskan silaturrahim dengan teman-teman jamaah subuhnya. Tapi hatinya sudah mengingat anaknya yang minta ke pantai hari ini, maka dia pulang duluan. Akri sudah mandi dan bersiap mau ke pantai. Rupanya teman-temannya ramai yang mau ke pantai. Akri diajak. "Bapak, Akri mau berangkat. Ayolah." Suara anaknya itu sudah tinggi. Safro gugup segera memanggil isterinya, Tina. Aku harus melihat manusia di pantai? Berungutnya di hati.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar