Hari Sabtu, itu dia mengadakan pesta pernikahan anak laki-lakinya, Rendi di rumahnya, di Moro. Artinya di rumah pihak laki-laki. Sebelumnya sudah diadakan pula pesta 'walimatul 'ursy' di rumah pihak perempuan (pengantin wanita) di Jawa sana. Saya tak bisa ikut ke Jawa maka saya berusaha hadir di Moro. Itulah kehadiran saya di Moro waktu itu. Untuk pergi ke Moro dengan posisi sudah bertempat tinggal di Tanjungbalai Karimun tidaklah semudah yang diinginkan. Karena harus melalui laut dalam jarak tempuh satu jam setengah, tentu saja tidak mudah ke sana. Alhamdulillah, Sabtu itu saya berkesempatan ke sana.
Berangkat ke Moro saya sendiri dari rumah karena isteri saya tidak bisa meninggalkan sekolah tempat dia bertugas, juga karena ada undangan lain di Karimun. Di perjalanan ternyata saya berjumpa banyak teman, guru dan pejabat di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun. Inilah berkah pertama yang saya rasakan kepergian ke Moro kali ini. Saya bertemu para sahabat yang masih berdinas sementara saya sudah pensiun lima tahun yang lalu. Tidak akan mudah untuk bertemu banyak kawan dalam satu kesempatan. Ada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun, Sugianto dan beberapa pejabat teras di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karimun yang menjadi rombongannya.
Menurut informasi dari para pengawas dan pejabat Kantor Dinas Pendidikan, mereka hadir ke Moro sekaligus ada pertemuan para guru di sana. Sekaligus untuk menghadiri undangan Pak H. Syafrizal juga. Sampai di Moro --setelah mengharungi laut Karimun-Moro kurang-lebih satu setengah jam-- kami duduk di salah satu warung kopi. Saya ingat itu, Kedai Kopi A Hong yang sangat terkenal cita-rasa kopinya di Moro. Konon, Pak Muhammad Sani (mantan Gubernur Kepri dan juga Bupati Karimun) saat setiap ke Moro selalu memesan minuman kopi dari kedai kopi ini.
Kurang lebih 40 menit saya duduk di kedai kopi bersama rombongan Kadisdik Kabupaten Karimun, mereka duluan bersurai. Saya sendiri, mengingat waktu masih pagi, saya masih meneruskan duduk 'ngopi' di kedai kopi itu. Kebetulan saya berjumpa Pak A. Rivai TS yang usianya sudah 80-an tahun. Masih sehat. Kami nyambung ngopi bersama dua teman lainnya yang juga masih duduk di situ.
Pak Rivai --dia disapa juga dengan panggilan Pak Ikan karena dulu adalah Kepala Periakanan Kecamatan Moro-- adalah mitra saya beberapa tahun yang lalu di SMA Negeri 1 Moro. Saat saya menjadi Kepala Sekolah dia pernah menjadi Ketua BP3 (sekarang disebut Komite Sekolah) dalam beberapa tahun. Selain karena ada dua anaknya yang menjadi siswa rumah tempat tinggalnya juga tidak jauh dari sekolah. (bersambung)
Alhamdulillah, informatif. Membacanya juga ringan. Terima kasih.
BalasHapus