Jumat, 28 Januari 2022

Merasa Puas juga Tidak Mudah?

PERASAAN puas sifatnya realatif. Sulit diukur. Tidak hanya puas, sebenarnya. Semua perasaan sesungguhnya relatif. Tidak bisa dipastikan. Seperti perasaan senang, bangga, cinta, sedih, dan lain-lainnya adalah beberapa contoh perasaan yang tidak akan bisa diukur. Satu orang merasakan begitu tapi bagi orang lain boleh jadi tidak begitu. Setiap orang bisa saja berbeda merasakannya. Begitulah perasaan puas.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata puas adalah merasa senang (lega, gembira, kenyang, dan sebagainya karena sudah terpenuhi hasrat hatinya). Dalam kalimat, 'Ia merasa puas sebagai penyanyi,' artinya dia merasa senang dan lega sebagai penyanyi. Atau dalam contoh kalimat, 'Ia merasa puas melihat pekerjaan murid-muridnya," maksudnya hatinya lega dan bangga atas pekerjaan murid-muridnya. Jadi, makna kata puas itu dapat disebut sebagai perasaan mencapai sesuatu pekerjaan lebih dari yang diusahakan. 

Dari perasaan puas sesungguhnya ada target yang mestinya dicapai atau diwujudkan. Itulah rasa syukur atau keinginan berterima kasih atas apa yang dirasakan. Sayangnya untuk merasakan puas untuk mengarah kepada sikap bersyukur itu tidak juga mudah. Bahkan untuk merasakan puas saja belum tentu mudah.

Ketika seseorang mendapatkan satu bagian atau satu tingkat dari satu harapannya bisa jadi dia akan berharap untuk mendapatkan bagian lain atau tingkatan lainnya. Setelah berhasil mendapatkan sepeda yang sudah lama diharap-harapkan, ternyata harapannya berubah untuk mendapatkan motor. Pada posisi sudah mendapatkan sepeda dia belum sempat merasakan nikmatnya dengan wujud syukur. Atau kalaupun sudah merasakan nikmatnya bersepeda berbanding berjalan kaki seperti sebelumnya, tidak juga terwujudkan dengan sikap bersyukur. Kini keinginannya sudah berubah kepada harapan mendapatkan motor. 

Pada dasarnya berharap dari satu tingkat kepada tingkat lainnya tidaklah salah. Bukanlah sebuah kesalahan ketika seseorang menginginkan motor setelah sebelumnya hanya berkeinginan sepeda saja. Sikap salahnya adalah jika pada posisi capaian mendapatkan sepeda belum juga bisa bersyukur. Belum juga mensyukuri capaian itu. Di sinilah dikatakan tidak mudahnya merasa puas. Seharusnya untuk setiap capaian wajiblah disyukuri. Bahwa ada harapan lebih tinggi atau lebih besar, tidaklah menjadi masalah. Utamanya bersyukur atas apa jua yang didapatkan, itulah yang termulia. Mengutip pernyataan Bob Sadino (1933-2015) yang mengatakan, "Gaji tinggi bukan jaminan kepuasan hidup. Bersyukur, berbagi, dan saling menyayangi, itulah kunci kepuasan hidup,"  tepatlah bagi kita untuk motivasi kepuasan.***
Juga di mrasyidnur.gurusiana.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Sudah 1123 Menuju 1124

CATATAN Kamis (28/11/2024) ini adalah tulisan ke-1124 --wow-- dalam daftar tulisan yang ada di blog saya, 'maribelajar' ini. Beberap...