PENGALAMAN, sekali lagi, ini pengalaman menarik. Sudah sering, memang pengalaman seperti ini. Boleh jadi karena sebagai pengurus organisasi keagamaan, pihak-pihak tertentu tidak merasa ragu untuk menyuruh. Dan saya pun selalu mau. Itulah memimpin doa. Doa pada acara resmi seperti dalam acara pembukaan suatu kegiatan, misalnya. Permintaan memandu doa, itu datangnya sering mendadak. Itu saja. Dan itu adalah pengalaman menarik menurut saya. Mendadak tapi tak baik ditolak.
Dulu, ketika masih aktif di sekolah (seblum pensiun dari PNS) dan beberapa kali mengikuti kegiatan Dinas Pendidikan Kabupaten, saya sering diminta Pak Kadis (Kepala Dinas: Pak Bakri) untuk memimpin doa jika petugas resminya tidak datang atau beralangan datang. Kebetulan Pak Kdisnya, Pak H. Bakri Hasyim memang sangat kenal baik dengan saya. Jadi setiap acara resmi Dinas Pendidikan yang saya hadir dan pendoanya tidak hadir, dia akan minta saya memandunya sebagai pengganti. Tentu saja menggantinya dengan mendadak begitu. Acaranya diharapkan tetap berjalan seperti seharusnya. Empat-lima kali saya ingat pernah saya merasakan pengalaman ini.
Hari Selasa (25/01/2022) ini bukan acara Dinas Pendidikan yang saya ikuti. Saya pun sudah pensiun sebagai guru PNS. Ini acara yang dilaksanakan oleh Polres Kabupaten Karimun. Nama acaranya "Rapat Koordinasi Perayaan Imlek 2573/ 2022" sebagaimana tertera di surat undangan. Maksudnya rapat persiapan pengamanan Hari Imlek dan Tahun Baru Cina 2573 tahun 2022 ini. Saya hadir tidak sebagai Kepala Sekolah, tentunya. Saya hadir mewakili Ketua Umu MUI (Majelis Ulama Indonesia) Kabupaten Karimun yang tidak bisa hadir. Sebagai salah seorangt wakil ketua, saya mendapat kepercayaan mewakili Pak Ketum.
Tiba-tiba seorang anggota polisi yang menjadi panitia pada acara ini mendatangi saya. Dia berbisik, "Pak, mohon bantu membaca doa, nanti." Dia menyodorkan sebuah map. Saya terkejut sedikit saja sambil bertanya, "Harus saya?"
"Komandan minta dari MUI yang memimpn doa," jelasnya menambahkan. Saya menganggu saja dan menerima permintaan itu. Saya tiba-tiba teringat hal seperti ini kemarin-kemarin itu. Jika ada acara tertentu dan yang memandu doa kebetulan beralangan hadir, saya selalu kebagian menggantikan. Saya hanya menerima dan menyikapinya dengan senang saja. Meskipun sesungguhnya cukup berat membawakan doa yang biasanya kombinasi Bahasa Arab dengan Bahasa Indonesia, tapi saya tidak mungkin menncari alasan untuk menolaknya.
Saya akan menikmati dan membawakan perasaan senang saja menerima permintaan doa yang mendadak ini. Jika diberi tahu beberapa waktu sebelumnya, lazimnya akan dipersiapkan teks doa yang disesuaikan dengan tema acara. Tidak mungkin juga acara menyambut tahun baru, misalnya membawakan doa yang biasanya dibawakan saat doa janazah. Tak lucu juga, tentunya. Tapi jika tidak ada persaiapan juga sangatlah berat menyebut harapan tertentu yang tidak dipersiapkan sebelumnya.
Keadaan seperti ini biasanya saya hadapi dengan tenang saja. Tentu saja menyiapkan dengan mengingat-ingat kalimat apa yang tepat untuk diucapkan pada saat berdoa di hadapan pejabat-pejabat itu. Yang pasti hati akan berdebar karena membaca doa yang dikarang secara spontan. Pengalaman yang tidak akan dilupakan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar