DUA hari dua sahabat saya 'berangkat'. Berangkat untuk selamanya. Itu terjadi pada 22 dan 23 Mei lalu. Masih terasa sedih dan haru memikirkan itu. Normal, hati kami di sini sedih. Kata teman saya, Kabupaten Karimun kehilangan dua orang sahabat karena harus berangkat dalam waktu yang sangat dekat. Haru bercampur duka adalah perasaan yang menyelimuti hati setelah mendapat berita duka itu, waktu itu. Bukan tidak ikhlas atas kepergian mereka. Bukan pula tidak percaya atas kematiannya. Tapi sedih hati memang perasaan yang bisa datang tiba-tiba ketika berita kematian sahabat kita diterima.
Pada 23 Mei (Ahad pagi) itu saya mendapat berita bahwa salah seorang guru di SMK Negeri 1 Karimun telah tiada, Pak Budiono. Nama lengkapnya Budiono bin Tuyadi. Kaget, tentu saja. Sebagai guru, meskipun saya sudah pensiun dari PNS sejak 2017 lalu, saya tetap merasa sedih. Dia adalah salah seorang sahabat, guru olahraga di sekolah kejuruan di kabupaten ini.
Haru dan sedih tidak semata memikrkan umurnya yang masih belum usia pensiun dan anaknya yang masih memerlukan dia saat dia berangkat, tapi kebersamaan sebagai sesama guru membuat ikatan emosi kami juga terasa sama. Sama-sama berjuang untuk kemajuan anak-anak, para siswa yang akan menggantikan gurunya kelak di masa depan. Pak Budiono, bagaimanapun masih memiliki masa PNS-nya yang lama untuk mengabdikan diri sebagai guru di sini. Tapi dia kini telah pergi. Janazahnya harus diberangkatkan ke Pulau Kundur (menyeberang laut selama kurang-lebih satu jam) untuk dikebumikan di sana. Keluarganya ada di Sawang, Kundur Barat. Selamat beangkat, Pak Budiono.
Belum juga hilang bayang-bayang Pak Budiono dari pembicaraan dan postingan duka di medsos oleh teman-teman, keesokan harinya, 24 Mei ada postingan berita lainnya. Tentang kematian juga. Siang itu saya diberi tahu oleh seorang teman, telah berpulang ke rahmatullah salah seorang teman di organisasi haji, IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Kecamatan Tebing hari ini. Selain menulis satu status saya juga menulis sedikit catatan di salah satu blog yang saya kelola atas kepergiannya. Pak H. Mardius telah menghembuskan nafas terakhirnya, meninggalkan para sahabat dan kerabat. Khususnya kami, teman-temannya di IPHI.
Tersebab ingatan yang kuat melekat kepadanya atas jalinan persahabatan kami di organisasi IPHI, itulah salah satu pengikat hati dan perasaan kami. Pak Haji Mardius Djas bin Ja’id (begitu nama lengkapnya) adalah Ketua IPHI Cabang Kecamatan Tebing. Dia sangat aktif di organisasi para haji dan hajjah ini. Baik di IPHI Tebing bahkan juga di IPHI Kabupaten Karimun, tempat saya ikut menjadi pengurusnya dia sangat aktif. Hanya beberapa waktu belakangan, dikarenakan kurang sehat dia sudah mulai tidak aktif.
Selamat Jalan, Pak Haji Mardius, sahabat kami. Selamat berangkat menghadap Allah. Hanya kalimat singkat itu yang kami, para sahabat Bapak ucapkan untuk mengiringi doa dan harapan kami atas kepergian Pak Haji. Kami yang Pak Haji tinggalkan di dunia berdoa, semoga dosa-dosa Pak Haji diampuni Allah, jalan Pak Haji dinyamankan menuju Allah, kubur Pak Haji dilapangkan dan diterangkan serta kelak Pak Haji dimasukkan-Nya ke dalam syurga, amin ya robbal alamin.
Jika Pak Haji merasa punya masalah dengan kami, keluarga Pak Haji sudah menyampaikan harapan untuk dimaafkan dan atau akan diselesaikan dengan sebaik-baiknya agar tidak menjadi penghalang perjalanan Pak Haji. Kami semua sudah memafkan dan akan menyelesaikan segala permasalahan itu dengan niat agar perjalanan Pak Haji menuju Allah dilancarkan. Sebaliknya, kami pun sesungguhnya berharap maaf dari Pak Haji seandainya kami juga punya kesalahan. Semoga permintaan maaf itu sudah saling kita selesaikan ketika kita masih bersama.
Tapi saya yakin, Pak Haji tidak ada masalah dengan orang-orang yang ditinggalkannya. Selama ini yang saya tahu, teman saya ini sangat akrab dengan masyarakat. Mudah bergaul, tidak hanya dengan kalangan tua, teman-temannya sebaya, juga dengan anak-anak muda. Pak Haji ini mempunyai beberapa usaha yang membuat banyak orang terbantu oleh usahanya itu. Maka saya percaya kebaikan hatinya itu akan menjadi ladang amal juga baginya di alam sana. Sekali lagi, ‘selamat jalan, Pak Haji.
Mengenang kembali dua sahabat yang berangkat dalam waktu yang amat-sangat dekat, pastilah hati ini sedih dan berduka. Tapi catatan ini ingin menegaskan, kalau kami harus ikhlas melepas keduanya berangkat. Malah beberapa orang juga sudah ikut berangkat setelah keberangkatan keduanya. Kematian memang tidak dijelaskan kepada kita. Tapi sudah ditegaskan bahwa semua kita akan ke sana. Kita akan terus bersiap-siap untuk saatnya tiba untuk berangkat pula.***
Semoga mendapatkan tempat yang layak. Aamiin
BalasHapusAmin.
Hapus