Jika dari Kampung Wonosari arah ke pasar, bak sampah itu berasda di sebelah kanan jalan. Jika melaluinya dari arah sebaliknya, bak itu akan berada di sebelah kiri jalan. Bak sampah itu akan selalu penuh setiap dua hari atau tiga hari. Biasanya akan datang mobil sampah untuk mengangkatnya. Sampah-sampah itu akan berpindah dari sekitar pasar itu ke Tempat Penbuangan Akhir sampah di daerah ujung pulau Karimun sana.
Hari Sabtu (29/05/2021) ini saya melewati jalan ini. Saya berhajat mencari sarapan pagi yang mengharuskan saya melaluinya. Dan saya terkejut karena ada dua bak sampah. Biasanya saya melihat hanya ada satu saja. Bukan terkejut karena jumlahnya. Tapi terkejut karena sampahnya. Kedua bak itu penuh sesak. Dan di luar bak juga penuh onggok sampak.
Saya berhenti. Saya tertegun. Mengapa sampah begini banyak terbiar? Saya menuliskan perasaan saya,
MENGAPA KAMI DIBIARKAN
(dialog sampah)
Mengapa kami dibiarkan berserakan tiada Tuan, mengapa
Mengapa kalian lalu lalang memandang tajam setiap jam, mengapa
Mengapa kalian merasa tidak bersalah ketika ada dimana-mana salah
Mengapa kami tak diajar untuk malu
Seperti kalian yang tidak punya rasa malu, mengapa
Kami adalah sampah yang berserakan dari rumah ke rumah kalian
Kami adalah sumber malapetaka dunia, kata kalian
Kami adalah penumpuk banjir yang menghanyutkan rasa malu, kata kalian
Kami adalah penyubur virus dan penyakit menjadi kambuh, kata kalian
Mengapa kami dibiarkan berserakan seperti pikiran kalian
Untuk corona yang didatangkan kalian hamburkan anggaran
Untuk tipuan kemewahan kalian katakan kebenaran
Kalian lupakan mereka-mereka yang membutuhkan uluran
Kalian biarkan tangis berhenti sendiri
Tidakkah lagi ada perasaan di hati yang mampu meluruskan hati
Tbk, 29052021
Luahan perasaan itu meluncur begitu saja. Saya tidak terlalu memikirkan apakah luahan ini ada gunanya.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar