Sore kemarin, itu harusnya mertua saya akan berobat lagi ke RSBT, bagian polinya. Berobat rutin. Tapi karena tiba-tiba drof dan kritis dia dirujukkan ke IGD RSBT. Di sinilah ayah isteri saya diswab dan dinyatakan reaktif. Lalu dirujukkan ke RSUD sesuai kebijakan kesehatan RSBT yang tidak merawat
Sambil menunggu hasil rontgen, dll untuk masuk ke
kamar rawatan psien covid, dia dirawat di ruang isolasi IGD RSUD. Cukup lama
dia berada di ruang isolasi IGD itu. Dalam waktu yang sama saya dan isteri
duduk menunggu di luar. Kami tidak lagi boleh mendekat ke ruang itu. Meskipun kami
mendengar dia memanggil anaknya tapi kami tetap tidak datang memenuhi
panggilannya. Dokter memang berpesan, tidak boleh berada dekat dengan pasien
tanpa APD.
Di saat menunggu inilah ternyata ayah mertua saya
itu akhirnya berpulang ke rohmatullah. Itu kami ketahui ketika seorang perawat
masuk ke ruang orang tua kami dan sejenak kembali keluar seraya bertanya, “Bapak
keluarga pasien ini.?’ Tanyanya. Dan menjelaskan dengan suara agak tertahan
kalau ayah kami sudah ‘tiada’. Bapak sudah tidak ada, katanya. Akhirnya,
berakhir jua usaha kami anak- menantunya untuk berharap dia kembali pulih.
Orang tua kami berusia lanjut, memang. Saat dia
menghembuskan nafas terakhirnya, menurut anak-anaknya Pak Amir sudah berusia 77
tahun. Usia yang sudah sangat tua. Tapi kami pastikan dia selama ini
sehat-sehat saja. Dia tetap bisa berjalan dan mengurus piaraannya di belakang
rumah. Kebetulan dia suka memelihara ayam. Selera makannya juga tidak ada
masalah. Dua bulan belakangan inilah dia mulai lebih banyak di kamar dari pada
di luar. Katanya selera makannya tidak ada. Beberapa bagian badannya terasa
sakit.
Enam orang anaknya, semuanya sudah berumah tangga
masing-masing. Yang tua, sebagai guru salah satu SMA Negeri di Karimun. Dialah
isteri saya, Hj. Siti Nurbaya AZ, SE. Adiknya, Ani bekerja di SPBU Karimun
sebagai kasir. Empat orang adiknya yang lain juga sudah hidup masing-masing
dengan keluarga masing-masing. Ada juga yang bekerja suami-isteri.
Kecuali satu orang yang bermastautin di Jepang
bersama suami dan anaknya, Sabariah, semuanya ada di Pulau Karimun. Satu daratan
dengan orang tuanya itu. Meskipun berbeda-beda rumah bahkan berjauhan tapi satu
tanah dan tetap mudah saling berjumpa. Setiap saat bisa berjumpa dengan
ayah-emaknya. Merekalah yang secara
rutin datang dan berkunjung ke rumah tua, rumah yang dihuni ayah-emak bersama
satu anak bungsunya, Era yang juga sudah berkeluarga.
Disebabkan keadaan ayah yang belum juga pulih
seperti sedia kala, itu jualah yang satu bulan menjelang akhir hidup ayah,
anak-anaknya bergantian mengurus dan merawat karena kebetulan dalam keadaan
tidak sehat itu. Sekali-sekali di bawa ke rumah sakit , RSBT itu, anak-anaknya
bergantian mengantarkan ke sana. Sampailah
kunjungan terakhir hari Kamis itu.
Kini, usaha gigih anak-anaknya sudah berakhir untuk
harapan kesembuhannya. Segala daya upaya sudah dilakukan. Allah berkehendak
lain. Malam Kamis menjelang Jumat dia dijemput Allah selagi masih berada di
ruang isolasi. Belum sempat dibawa ke kamar. Padahal sesuai arahan dokter,
besoknya direncanakan akan dilaksanakan cuci darah karena msalah ginjalnya yang
ternyata sudah berat. Tapi, usianya memang sudah sampai. Selamat jalan, Ayah.***
Juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id
Innalilahi wa inna ilaihi rojiun pak. Semoga husnul khotimah, diampuni segala dosanya dan diterima semua amal baiknya. Aamiin..
BalasHapusAmin, ya robbal alamin. Terima kasih, Bu Rizky. Sehat selalu, ya Bu.
Hapus