Kamis, 15 April 2021

Puisi: DOA DEDAUNAN


DOA DEDAUNAN

 

Di dedaunan tak lagi hijau

Ada tangis pilu meracau

Ulat-ulat daun berubah rupa menjadi ranjau

Ranjau itu kini meledak dan memekak telinga

 

 Pohon-pohon bakau

Juga pohon-pohon hijau di hutan-hutan daratan yang diperebutkan

Pohon-pohon lalu berubah menjadi asap

Asap gelap memedihkan mata hati

 

Dimanakah bening embun yang kutunggu?

Bukanlah kemarau penyebab dedaunan meracau galau

 

Kami tak.pernah  membakar hutan

Jari-jari kalian menghitung ribuan hektar sawit dalam genggaman

Sambil memantik tombol korek api

 

Katanya akan memberikan kemakmuran kepada rakyat

Akan menggantikan pokok-pokok yang dulu hijau menjadi permadani kesejahteraan

 

Ternyata dedaunan dan pokok-pokok kini gersang

Terpanggang oleh bentangan sawit yang ditentang

 

Hutan-hutan kami kini kalian sulap menjadi duit-duit gelap

Hutan-hutan itu kalian lipat di bawah meja korupsi dan negosiasi

 

Tersebab daun yang tak berpucuk

Tersebab pucuk yang tak tumbuh

Pokok-pokok juga pilu membisu dan terus akan punah

 

Punahlah hutan yang memunahkan harapan

Datanglah banjir yang merendam wajah-wajah geram tenggelam

 

Punahlah diam yang bertahun-tahun suaranya tenggelam

Banjir bandang meradang dan menerjang kota dan desa

Jakarta, Surabaya, Kalimantan, Sumatera, Flores dan entah sudah berapa disapu banjir

 

Tuhan kirimkan kami ababil untuk mematuk tengkuk orang-orang berotak busuk

Mematuk otak-otak terkutuk yang menjadikan hutan-hutan busuk

Mematuk orang-orang yang menggadaikan Negara ini

Nyawa Negeri kami akan sesak sekarat bila serakah tak jua dikatup

 

Tuhan, inilah doa terakhir sebelum kami benar-benar punah

 

Tbk, 15042021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...