Kamis, 11 Maret 2021

Memahami Kisah Israk-Mikraj Menguatkan Iman dan Persaudaraan

Dari Google/ Editing
KISAH Israk-Mikraj adalah cerita yang tidak akan mudah dicerna akal dan logika. Tapi iman akan memastikan bahwa itu adalah kejadian sebenarnya. Rangkaian peristiwa spaktakuler sejak perjalanan dari Mekkah (Al-Haram) ke Al-Aqsho terus menembus langit hingga ke Sidratul Muntaha sebagaimana disebut di surah Al-Isra hanya dalam satu malam, tentulah tidak akan dapat diterima akal saja tanpa landasan iman.


Belum lagi rangkaian kejadian yang dialami Nabi selama dalam perjalanan. Ketika dikisahkan bertemu beberapa orang nabi sedari langit pertama hingga langit ketujuh. Itu tidak akan bisa dipercaya jika hanya menyandarkan ke pikiran saja. Hanya iman yang akan meyakinkan.

Dalam salah satu kisah Israk-Mikraj, misalnya diceritakan begini, dalam perjalanannya, Nabi Muhammad bertemu dengan para nabi lainnya. Saat membuka pintu langit pertama, Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Adam. Lalu, di langit kedua bertemu dengan Nabi Isa dan Yahya. Perjalanan menggunakan buraq itu diteruskan menembus langit berikutnya. Di langit ketiga, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Yusuf. Setelah itu, di langit keempat dan kelima, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Idris serta Nabi Nabi Harun. Naik ke langit keenam, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa.

Lalu di langit ke tujuh dia disambut oleh Nabi Ibrahim, yang sekaligus menemaninya ke Sidratul Muntaha. Sesampainya di sana, Nabi Muhammad mendapat wahyu langsung, perintah dari Allah SWT untuk melaksanakan salat 50 waktu dalam sehari semalam. Dan kisah ini tentu terus bisa diceritakan sebagaimana banyak sudah ditulis oleh para ahlinya. Buku-buku kisah Israk-Mukraj sudah begitu banyak. Tulisan-tulisan di koran, majalah dan media online juga sangat banyak. Pastinya kisah-kisah itu akan mengganggu iman sebagaimana pertama kali Nabi menjelaskan kepada sahabat, sebagian sahabat jadi ragu. Atau bahkan bisa langsung merusak kepercayaan karena kisah ini juga telah membuat sebagian muslim di saat itu kembali murtad.

Perjalanan spiritual Nabi Muhammad Saw, itu tentu saja tidak akan terpikirkan oleh logika dan nalar kita yang melihat sesuatu hanya dengan pandangan mata saja. Sesungguhnya pandangan spiritual kita akan memantapkan kepercayaan kita terhadap peristiwa itu. Itulah sebabnya, memahami peristiwa Israk-Mikraj adalah cara untuk memantapkan dan memnguatkan iman.

Begitu sarat makna dan pesan yang terkandung dalam peristiwa Israk-Mikraj selain kita memahami bagaimana, misalnya solat lima waktu yang saat ini kita laksanakan menjadi hanya lima waktu saja dari asal awal perintah yang jumlahnya 50 waktu. Lebih dari itu semua, sesungguhnya keimanan yang kokoh akan membuat kita mampu menjalin hubungan baik dengan Tuhan sekaligus menjaga dan menjalin hubungan baik sesama manusia. Dengan hubungan kekeluargaan dan persaudaraan dapat terjaga dengan baik. Insyaallah.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Catatan Safari Subuh MUI dan Kemenag Kabupaten Karimun di Masjid Al-Hikmah, Tebing.

AHAD (16/11/2025) subuh, ini adalah giliran Masjid Al-Hikmah, Tebing mendapat kunjungan tim Safari Subuh MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan K...