Senin, 18 Oktober 2010

Informasi Diri, Nama Saya M. Rasyid Nur

Nama saya, M. Rasyid Nur --nama resmi di dokumen-dokumen resmi-- dengan sapaan cukup Rasyid saja. Saya, lelaki dengan tugas utama sebagai guru (saat catatan ini ditulis: 2010), menurut catatan terlahir di Airtiris (dulu, desa kecil di Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar) pada 11 April 1957. Catatan itu memang tak ada data pendukung autentik semacam 'akte kelahiran' misalnya, waktu itu. Tapi itu informasi yang dapat saya jelaskan yang saya kumpulkan dari berbagai sumber. Saya baru punya akte kelahiran yang tertulis justeru dalam usia 53 tahun --tahun 2010-- karena menjelang pensiun, konon wajib punya akte; maka dibuatlah akte itu.

Akte itu pun dikeluarkan oleh Kantor Catatan Sipil dan Kependudukan Kabupaten Karimun tempat saya bermastautin dan bertugas selama dan saat ini. Akte itu bukan dari lembaga yang sama di daerah asal saya dilahirkan dulu.

Kedua orang tua saya, ayah dan ibu hingga mengakhiri hidupnya, bertempat tinggal di Kampung Kabun, Air Tiris, Kecamatan Kampar itu. Sebagai petani, sesungguhnya kedua orang tua saya tidak berkemampuan dari segi ekonomi untuk menyekolahkan saya. Tapi dari sisi semangat dan nasehat, keduanya sangat berharap agar saya melanjutkan sekolah saya setamat SD sekitar tahun 70-an dulu itu. Saya ingat, ketika masih di Sekolah Dasar, ayah saya pernah mengingatkan dan berharap agar saya jangan seperti dia, katanya. Katanya begini, "Aku tak bisa tulis baca latin, karena tidak pernah Sekolah Rakyat." Ternyata orang tua saya ini tidak pernah merasakan belajar di sekolah formal. Saya tak heran, karena di zaman dia (kabarnya ayah saya lahir pada tahun 1901. Tentu saja saat itu hanya orang-orang tertentu saja yang sekolah. Jadi, dia berharap saya bisa sekolah lebih tinggi dari pada SD itu.

Itulah sebabnya, sedari kelas enam PGA (Pekanbaru) saya sudah mencoba mengais rezeki untuk menambah biaya hidup sambil tetap bersekolah di Pekanbaru. Saya bekerja sebagai 'gharim' atau penunggu dan tukan bersihkan masjid sekaligus menjadi muazzin di masjid. Sambil memebrsihkan masjid saya juga menjadi muazzin dan sekali-sekali menjadi imam solat. Selama dua tahun saya menjadi gharim masjid hingga saya memasuki semester tiga di Universitas Riau, Pekanbaru, ingat saya sekitar tahun 1979.

Sejak dan selama masih di bangku kuliah (1978-1983) di Unri (Universitas Riau = UR) Pekanbaru itu, saya juga sudah mengabdi menjadi guru. Waktu itu bertugas sebagai guru honorer di SMP (Swasta) Nurul Falah, Pekanbaru (1980 s.d. 1084). Dalam waktu yang hampir sama juga mengajar di SMA (Swasta) Nurul Falah juga. SMA ini dibuka belakangan setelah sekian lama SMP-nya ada.

Harus saya akui bahwa saya mengajar selagi masih di bangku kuliah, itu disebabkan oleh kebutuhan kelanjutan pendidikan saya. Saya sangat memerlukan jaminan keuangan untuk biaya kuliah yang oleh orang tua saya sudah tidak mampu menopangnya. Orang tua sudah sejak saya menamatkan PGA enam tahun itu, menjelaskan tidak lagi mampu memberi biaya melanjutkan sekolah. Dan itu sudah mereka jelaskan secara terus-terang ketika saya menyatakan keinginan melanjutkan kuliah, waktu itu.

Sebagai orang yang terlahir di keluarga sederhana, melanjutkan pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi tentu saja sesuatu yang istimewa bahkan rada mustahil. Ketika di PGA saja (1971-1977) sebenarnya orang tua sudah sangat kesulitan menyekolahkan saya. Mereka hanya memberi uang sekolah (iuran bulanan) tanpa jajan dan mengirimkan beras dan sambal masak setiap pekan. Makanya ketika duduk di kelas lima dan enam (di Pekanbaru) saya sudah berusaha mencari uang sendiri dengan menjadi gharim (noje/ penjaga) masjid di Pekanbaru itu. Hanya ketika menyelesaikan Sekolah Dasar (SD) tahun 1966- 1971 saja saya tidak terlalu menyulitkan orang tua. Itupun karena bersekolah di kampung dan tinggal bersama orang tua.

Oh, ya, untuk tambahan informasi mengenai pendidikan saya, SD saya tempuh dan tamatkan di SD Negeri 07 Airtiris yang berada di Kampung Kabun (kini Desa Limau Manis) , Airtiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar, berubah sesuai pemekaran. Setamat SD saya melanjutkan ke PGA-P (Pendidikan Guru Agama Pertama) di Rumbio (kurang lebih tujuh kilometer dari Kabun Airtiris). Pada tahun 1975 saya tamat di kelas IV (setingkat SLTP) dan saya melanjutkan ke PGA-A (Atas) 6 Tahun di Pekanbaru. Setamat PGA Pekanbaru tahun 1977 inilah saya meneruskan pelajaran di Universitas Riau (Unri, kini disingkat UR) Pekanbaru.

Tahun 1983 (sekitar bulan Juni di saat Ramadhan), saya ikut ujian skripsi untuk menyelesaikan studi jenjang S1 di Universitas Riau, tempat saya kuliah sejak 1978 itu. Menjelang akhir tahun ini saya masih tetap mengajar di sekolah di bawah naungan Yayasan Nurul Falah sampai saya ditugaskan (mendapat Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) sebagai guru Negeri di SMA Negeri Tanjungbatu, Kundur pada tahun 1984. Itulah sebabnya saya hanya mengabdi hingga tahun 1984 saja di Nurul Falah. Selanjutnya saya mengabdi di sekolah baru, daerah baru yang cukup jauh dari Pekanbaru. Itulah Tanjungbatu, Kecamatan Kundur (saat itu termasuk Kabupaten Kepulauan Riau Provinsi Riau).

Tambahann dan pejleasan informasi, nNama saya, Rasyid sebagai sapaan. Ada kelengkapan Muhammad yang disingkat M saja. Jadilah M. Rasyid yang dipanggil sehari-hari dengan Rasyid. Dulu, ketika masih anak-anak, ketika bermain bersama teman-teman seumur, mereka memanggil saya Rosik, bahsa kampung oleh teman-teman bermain. 

Umumnya, orang kampung memanggil saya dengan sebutan Rosik. Itu tentu saja panggilan dalam dialek desa atau kampung saya itu. Sedangkan nama lebih lengkap dengan tambahan Nur di belakangnya adalah tambahan oleh saya saja. Itu baru ada ketika saya sudah tamat SD untuk melanjutkan ke PGA Rumbio Filial Pekanbaru itu. Menjelang remaja, biar kelihatan keren, maka dicomot pangkal nama orang tua saya, Nurdin itu. Saya tempelkan kata Nur itu di belakang nama saya. Jadilah M. Rasyid Nur. 

Saya, M. Rasyid Nur, perlu saya ulang jelaskan bahwa catatan informasi tentang diri saya ini saya tulis sebagai penegasan saja. Untuk membuat terang, jika ternyata selama ini belum terang. Membuat jelas, jika selama ini ternyata belum jelas. Tak ada tujuan lain, kecuali sebagtai informasi diri. Informasi lain sebagai informasi lanjutan bisa saja saya buat lagi pada kesempatan lainnya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

MUI Laksanakan Lomba Pidato Antar SLTA

MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Karimun melalui Komisi Pendidikan dan Kaderisasi, Kamis (10/10/2024) melaksanakan kegiatan Lomba Pid...