SEJAK dilaksanakannya MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran) pertama (2006) di Tanjung Pinang, Ibu Kota Provinsi Kepri hingga MTQ ke-5 di Kabupetn Karimun pada tahun 2014 ini, seingat saya inilah pawai ta'aruf yang paling ramai diikuti peserta. Belum ada peserta pawai hingga kurang lebih 17-an ribu orang peserta. Karimun ternyata mampu mendatangkan peserta pawai sebanyak itu walaupun sebagian besarnya adalah masyarakat kabupaten ini.
Baik di Natuna (2008), di Batam (2010) maupun terakhir di Bintan (2012) lalu jumlah peserta pawai ta'arufnya rata-rata hanya antara 2.000 s.d. 4.000 orang saja secara keseluruhannya. Sementara pada tahun ini menurut laporan panitia pawai ta'aruf diikuti oleh 17-an orang peserta dengan 15-an ribu orang adalah peserta tuan rumah, Karimun. Kafilah Karimun dengan berbagai komponen peserta pawainya mengular dari Panggung Rakyat Kemuning Costal Area hingga ke jalan di depan Masjid Bairurhman sana. Luar biasa panjangnya.
Bukti bahwa pawai ta'aruf ini adalah pawai teramai dan terpanjang di Indonesia maka Karimun pada MTQ ke-5 Provinsi Kepri ini oleh MURI (Musium Rekor Indonesia) diberi sertfikat penghargaan. Penghargaan rekor sebagai pawai terbanyak jumlah pesertanya karena mencapai angka 17-an ribu orang peserta. Konon selama ini belum pernah menyentuh angka 5.000 orang. Dan jika angka itu terpecahkan maka penghargaan itu bisa diperoleh. Sementara pawai Kamis (20/ 03/ 14) lalu itu malah tiga kali lebih besar dari pada angka itu.
Selain penghargaan MURI sebagai pawai terbanyak, ternyak Pemda Karimun juga mendapat sertifikat MURI itu berkaitan dengan keberhasilan Pemda Karimun membangun Tugu MTQ di areal Costal Area yang diresmikan pada momen MTQ ini. Ternyata tugu berbentuk Piala Bergilir MTQ Provinsi itu adalah tugu pertama yang dibangun di Indonesia selama ini. Maka Karimun berhak mendapatkan penghargaan itu. Tentu saja hanya MURI yang bisa memutuskan begitu.
Dan tentu saja diharapkan penghargaan bergengsi itu menjadi awal bukan menjadi akhir usaha Karimun dalam mensyiarkan alquran di tengah-tengah masyarakat. Sebagai negeri berazam dengan 'iman dan takwa' sebagai dasar utamanya dalam pembangunan maka penghargaan itu haruslah melecut masyarakat semuanya untuk terus mengamalkan isi kandungan alquran. Jangan pula helat besar yang menelan biasa besar, dengan keterlibatan masayarkat yang ramai serta menghasilkan penghargaan dari MURI menjadi sia-sia tersebab masyarakatnya malah meninggalkan alquran dalam kehidupannya. Na'uzubillah!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar