DALAM setiap diskusi dengan rekan-rekan sesama guru dalam topik 'menulis' selalu pertanyaan yang timbul, 'mengapa begitu sulitnya menulis'. Maksudnya begitu tidak mudahnya menuangkan ide, gagasan atau pikiran ke dalam sebuah tulisan. Ada terasa tapi tidak mudah menulisaknannya. Begitulah kira-kiran pertanyaannya.
Sebagai guru, kita tahu bahwa menulis itu begitu sangat penting untuk menyukseskan tugas-tugas kita. Sebagai sosok yang bertanggung jawab dalam proses pembelajaran di kelas (bahkan bisa pula di luar kelas) menulis pasti tidak dapat dielakkan. Menulis akan menjadi bagian dari tugas-tugas keguruan lainnya. Kita tahu itu. Tapi hanya sekedar tahu itu saja.
Menulis, sebagaimana juga membaca dan berbicara sejatinya adalah beberapa keterampilan berbahasa yang mutlak dan harus dimiliki seorang guru. Bagaimana akan sukses melaksanakan proses pembelajaran jika seorang guru tidak mampu menulis? Guru akan terpaksa menulis karena seorang guru sebelum melaksanakan tugas dalam pengelolaan proses pembelajaran terlebih dahulu harus membuat perencanaan proses pembelajaran itu sendiri. Perencanaan pembelajaran tentu saja harus ditulis agar mudah dipedomani dalam pelaksanaan.
Jika ada anggapan bahwa menulis hanyalah keterampilan yang diwajibkan kepada Guru Mata Pelajaran (GMP) Bahasa Indonesia, jelas pandangan itu sebagai sebuah kesalahan. Keterampilan menulisa adalah kewajiban semua guru. Tidak harus hanya guru Bahasa Indonesia saja. Ketentuan itu sudah nyata ditegaskan dalam salah satu peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang proses pembelajaran.
Pertanyaannya, "Sudahkah kita sebagai guru berusaha untuk terampil menulis?" Hanya kita masing-masing yang tahu dan mengerti jawabannya. Yang pasti setiap guru tentu saja berkeinginan untuk menulis. Seperti juga keinginan lainnya, keinginan menulis juga akan dimiliki oleh setiap guru.
Tapi ternyata keinginan saja tidak cukup. Walaupun pekerjaan menulis seolah-olah tidaklah berat tapi untuk benar-benar lahirnya sebuah tulisan tidak cukup dengan keinginan saja. Proses menulis untuk sampai kepada lahirnya sebuah tulisan akan melalui beberapa tahap. Tahap awal tentu saja bermula dari keinginan itu sendiri. Apapun sebuah keberhasilan memang harus bermula dari keinginan.
Keinginan yang kuat akan menuntun kita kepada usaha dan persiapan lainnya. Apapaun kendala biasanya akan dihadapi sekuat tenaga. Jika harus ada biaya dan bentuk pengorbanan lainnya, akan dilakukan. Tidak ada kata menyerah dalam proses ini. Tujuan akhir dari semua itu adalah lahirnya sebuah tulisan yang tidak hanya akan dibaca sendiri tapi juga untuk dibaca dan dinikmati orang lain.
Beberapa langkah yang lazim dilalui dalam proses melahirkan tulisan adalah dengan membaca. Keinginan menulis akan diawali dengan membaca befrbagai tulisan yang ada. Akan lebih baik jika karya yang dibaca adalah karya yang akan mendukung tulisan kita. Jika kita berencana akan membuat tulisan berupa fiksi, deskripsi atau argumentasi maka kita membaca dan mempelajari tulisan-tulisan seperti itu. Jika kita akan membuat tulisan seperti cerpen, puisi, berita atau artikel ilmiah apa saja maka kita bacalah tulisan-tulisan seperti itu.
Dari hasil bacaan itulah nantinya akan lahir ide atau gagasan yang akan kita tuang dalam tulisan kita. Mengenai bentuk dan gaya seperti apa yang kita kehendaki, itu sepenuhnya menjadi otoritas kita. Intinya, jika inign menulis tidaklah cukup hanya dengan keinginan saja. Harus dimulai dengan usaha nyata.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar