Sabtu, 04 Januari 2014

Malas Bukan Karena Bodoh



SATU penyakit peserta didik (siswa) yang paling tidak disukai guru di kelas adalah penyakit malas. Berhadapan dengan siswa malas bisa membuat guru stres. Berbanding siswa nakal (suka ribut, suka mengganggu teman, suka keluar-masuk kelas, suka berkelahi, dll) malas terasa lebih menjengkelkan. Sebagian guru justeru dapat menerima penyakit nakal itu. Tapi siswa malas?


Malas bisa dalam bentuk sering tidak masuk kelas (izin, sakit, alpa) dengan berbagai alasan. Tapi jika diproses ujung-ujungnya ketahuan bahwa nyang bersangkutan sebenarnya malas masuk. Malas masuk kelas untuk mengikuti pelajaran. Tidak pantas alasan itu.

Bisa pula malas dalam bentuk enggan mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) yang hampir setiap hari diberikan guru. Ketika waktu mengumpulkan PR siswa yang berkategori malas ini akan membuat berbagai alasan lagi. Ujung-ujung alasannya akan ketahuan juga bahwa dia memang malas. Bukan hanya malas mengerjakan sendiri. Bahkan untuk mencontek pekerjaan temannya pun malas.

Siswa malas mungkin tidak terlalu ramai. Mungkin hanya 10-15 persen dalam satu kelas. Bahkan bisa lebih sedikit. Tapi siswa malas sangatlah berbahaya dan membahayakan. Tidak sekedar berbahaya kepada dirinya sendiri tapi juga akan ikut berpengaruh dan membahayakan teman-teman lainnya. Maka sifat malas sangatlah tidak disukai guru.

Konon malas dapati disebabkan oleh beberapa hal, misalnya karena pengaruh alat-alat teknologi yang salah penggunaannya. Umpamanya HP (Hand Phone) yang seharusnya dipakai untuk komunikasi atau membantu dalam pembelajaran, tapi justeru dipakai untuk sekedar SMS-an pada saat belajar. Atau juga dipakai untuk sekedar chatting dalam waktu dan tempat yang tidak tepat. Itu jelas akan membuat siswa malas. Termasuk dalam hal ini adalah ipad, laptop dll yang sengaja disalahgunakan.

Penyebab malas lainnya bisa juga karena pengaruh situasi dan kondisi usia remajanya. Biasanya di usia itu mereka mulai saling menyenangi (wanita-pria) dan mulai pula menjalin hubungan asmara diam-diam. Jika sudah demikian, mereka cenderung akan malas untuk sekolah. Padahal seharusnya keadaan seperti itu tidak harus membuat mereka malas. Dan tentu masih banyak penyebab, mengapa anak-anak kita ini malas. Entah pengaruh teman, orang tua, lingkungan dan banyak lainnya.

Pertanyaannya, apakah anak-anak malas ini bodoh? Pasti tidak. Mereka pada hakikatnya bukan siswa bodoh. Jika mereka sering mendapat nilai ulangan rendah, itu lebih disebabkan oleh banyaknya waktu belajar mereka yang tertinggal. Malas masuk kelas, malas belajar di kelas dan malas pula mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. itu pasti akan berpengaruh pada perolehan nilai.

Di situasi inilah perlunya kompetensi guru dalam menangani keadaan siswa seperti ini. Di tahap awal, tidak harus siswa ini langsung dikirim ke guru BP atau wali kelasnya. Guru Mata Pelajaran juga harus berkompeten mengatasinya. Jika benar-benar tidak bisa barulah dilaporkan ke Wali Kelas bahkan mungkin akan sampai ke Guru BP. Intinya, guru harus mencari tahu sebab-musabab malas ini. Jika guru mampu menemukan penyebabnya maka akan ditemukan juga solusinya. Insyaallah, siswa ini akan kembali ke jalur yang sebenarnya bahwa dia adalah anak cerdas.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Catatan Kunjungan FKUB Batam di FKUB Karimun

BEBERAPA hari menjelang rencana kedatangannya ke Kabupaten Karimun salah seorang pengurus FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) Kota Batam me...