SALAH seorang narasumber pada seminar pendidikan yang dilaksanakan pada hari Senin (30/12) lalu kembali mengingatkan bahwa setiap guru memiliki beberapa kemampuan. Kemampuan itu terkadang tidak dimiliki oleh profesi lain. Kemampuan itu antara lain, memiliki kasih sayang dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kasih-sayangnya yang tulus membuat guru dengan mudah melaksanakan tugas pokoknya sebagai agen perubahan.
Dengan kasih-sayang, seorang guru akan membuat para peserta didiknya mau dan ikhlas menerima dan mengikuti proses pembelajaran yang dikelola guru. Tanpa rasa kasih-sayang sudah dapat dipastikan bahwa para peserta didik akan berontak atau apatis sehingga proses pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik dan benar.
Rasa kasih dan rasa sayang tidak dapat dipelajari. Perasaan kasih dan sayang sesungguhnya sudah ada sejak awal manusia yang bernama guru mulai melaksanakan fungsi-fungsi keguruannya. Bisa saja sebelum menjadi guru, seseorang itu sudah memiliki perasaan sayang dan kasih kepada anak-anak. Tapi mungkin tidak berkembang karena profesi yang digeluti tidak memerlukan rasa kasih dan rasa sayang.
Pikiran di atas kembali diungkapkan oleh salah seorang narasumber dalam Seminar Internasional Pendidikan 2013 yang ditaja oleh Bagian Kesra dan Kegamaan Setda Kabupaten Karimun. Dengan mengambil Sub Tema 'Menyoal Mutu Pendidikan Daerah Perbatasan' seorang profesor yang didatangkan dari salah satu Perguruan Tinggi ternama di Negeri Jiran, Malaysia mengatakan bahwa potensi rasa sayang itu sangat berguna dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran. Dengan rasa kasih dan rasa sayang itulah seorang guru akan akan mampu pula melihat potensi brilian seorang anak-didiknya.
Guru dengan potensi kasih-sayangnya sekaligus mampu menemukan bakat setiap anak-didiknya akan membuat suasana pembelajaran akan terus menyenangkan. Guru seperti ini tidak akan menyalahkan anak-didiknya jika menemukan seorang siswa yang kesulitan dalam satu atau beberapa mata pelajaran. Guru dengan potensi mulia ini akan berusaha menemukan potensi kecerdasan lainnya di luar yang sudah diusahakan selama ini.
Seorang siswa bisa saja tidak mudah memahami Matematika atau Fisika. Tapi belum tentu dia tidak brilian di mata pelajaran lain. Dari belasan bahkan puluhan ilmu yang ditawarkan dan atau diberikan tidak satupun pelajaran yang disukainya. Bisa jadi juga bahkan anak ini sangat benci kepada pelajaran tersebut. Tapi bagi seorang guru yang baik dia dapat saja menemukan bakat lain di luar pelajaran yang sudah ada sebelumnya.
Akhirnya guru yang baik ini akan mengembangkan potensi yang tersembunyi ini untuk kebaikan anak itu sendiri. Tidak bisa mata pelajaran dengan angka-angka yang membosankan dia, mungkin saja siswa ini berbakat di mata pelajara lain. Entah olahraga, melukis atau bernyanyi. Bisa saja pelajaran terakhir ini yang benar-benar disukainya. Maka pelajaran ini yang harus dikembangkan bagi para siswa.
Oleh karena itu, guru wajib mengembangkan potensi dirinya ini demi kemajuan peserta didiknya tersebut. jangan lagi memaksakan hal lain yang sama sekali tidak disukai siswa. Begitulah pesan profesor dari negeri seberang itu. Saya setuju dengan uraiannya tersebut. Artinya para guru kembali diingatkan bahwa di setiap diri anak pasti ada potensi yang dapat dikembangkan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar