SORE, sekiktar pukul enam, Kamis (26/ 12) semalam saya
menerima SMS dari guru Olahraga, Pak Ronal. Dia menjelaskan bahwa tiga regu
dari empat regu yang ikut dalam turnamen olahraga bola volly dan futsal yang
diselenggarakan UK (Universtitas Karimun) meraih prestasi. Hanya satu regu yang
tidak meraih tempat terhormat. Jelasnya SMS itu berbunyi begini: Pak, volley putra juara 2, volley putri juara 3 dan futsal A juara 1.
Wow, tiga peringkat mereka boyong, kata saya dalam hati membaca sekaligus
membalas membneri selamat.
Saya teringat kalau dalam beberapa hari ini empat regu tim SMA
Negeri 3 Karimun memang ikut ambil bagian dalam pertandingan volly (satu regu
putra dan satu regu putri) dan cabang futsal putra yang juga mengirim dua regu,
A dan B. Dan hari ini (Kamis) adalah laga final untuk kedua cabang tersebut. Diikuti
oleh seluruh SLTA se-Pulau Karimun, tiga regu utusan sekolah tempat saya
bertugas ternyata mampu menembus final. Cabang volly (putra) maju ke final untuk
memperebutkan juara puncak dan yang putri final memperebutkan juara tiga-empat.
Sementara cabang futsal putra juga menembus final puncak.
Dari tiga final itu, cabang futsal meraih juara pertama, volly
putra meraih juara kedua dan volly putrid berhasil mengalahkan lawannya untuk
merebut tempat ketiga. Ini adalah prestasi yang tidak saya sangka. Mereka pergi
hanya empat regu tapi tiga regu mampu berprestasi dengan baik.
Tentu saja saya bangga dengan prestasi ini. Dalam kesibukan mereka
mengikuti pertandingan antar kelas di sekolah, mereka ternyata dalam waktu yang
sama juga mengikuti turnamen yang diselenggarakan UK dalam rangka disnatalis
dan wisuda sarjana kedua tahun 2013 itu. Pasti tidak mudah menembus partai
final karena harus menyingkirkan tim-tim sekolah lain. Ada belasan sekolah yang
ambil bagian dalam turnamen ini.
Ada pesan yang patut diperhatikan dari setiap kegiatan
peserta didik. Apapun yang mereka ikuti, hasilnya selalu akan dipengaruhi
bahkan ditentukan oleh kemauan mereka itu sendiri. Sering kita (guru) terkadang
memaksakan keinginan guru sendiri tanpa memperhatikan keinginan siswa. Dan ketika
siswa gagal melakukan atau meraih prestasi sebagaimana keinginan guru, justeru
yang disalahkan adalah siswanya sendiri.
Di berbagai kesempatan lomba atau pertandingan, lazimnya
guru ingin meraih prestasi terbaik. Tentu saja ini tidak salah. Justeru kita
wajib membuat target harapan itu. Karena itu pula para guru akan memulainya
dengan melakukan pembinaan-pembinaan. Dalam proses pembinaan inilah harus
dipupuk kemauan dan motivasi peserta didik untuk meraih prestasi tersebut. Dan ketika
kemauan guru tidak sejalan dengan kemauan dan motivasi siswa, di situlah akan
terjadi gap harapan. Justeru kegagalanlah yang akan didapatkan.
Ada banyak bukti betapa para siswa mampu meraih berbagai
prestasi yang terkadang melebihi harapan guru disebabkan oleh keberhasilan guru
memupuk kemauan dan motivasi siswa itu sendiri. Dugaan awal bahwa siswa tidak
akan mampu ternyata sebaliknya. Mereka bias berhasil lebih dari apa yang
ditargetkan. Itu semua selalu bermula dari kemauan. Benar peribahasa orang
tua-tua dahulu bahwa di mana ada kemauan maka di situ aka nada jalan. Maka kerja
guru Pembina akan kelihatan lebih mudah jika guru tersebut mampu menanamkan
keingina yang tinggi dari siswa itu sendiri. Semoga!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar