DALAM dua-tiga pekan di antara September-Oktober yang baru saja berlalu, terutama menjelang medio Oktober, berita-berita tentang membantah, atau menghujat, atau memprotes, atau menyangkal, atau.. atau… (pokoknya yang sejenis itu) yang oleh penggemar dan pelakunya dengan alasan demokrasi begitu bangga melakukannya, cukup banyak menghiasi media massa, cetak atau elektronik. Di bermacam wadah yang dapat menyalurkan pikiran dan perasaan berbagai artikel dan atau wacana banyak yang membahas masalah protes-memprotes, khususnya memprotes pemerintah yang dinilai ‘gagal’ oleh pemrotesnya, bermunculan.
Perdebatan pro-kontra protes-memprotes, baik dalam bentuk demonstrasi yang berujung anarki maupun bentuk lainnya sepertinya bisa tidak akan berujung. Tidak jelas juga arah jalannya. Setiap kubu selalu memiliki argumentasinya untuk mengatakan protes-memprotes itu boleh atau tidak boleh.
Tulisan ini sesungguhnya tidak juga bermaksud akan memperpanjang perdebatan pro-kontra itu. Hanya sekedar ikut urung rembuk, masih haruskah kita untuk saling membantah dan saling memprotes atas segala tugas yang telah dan akan kita lakukan? Tidak lebih baikkah mencari solusi lain saja atas segala kelemahan dan kekurangan yang ada? Dan apa serta bagaimana jalan keluarnya, tidakkah lebih bijak untukdipikirkan? Itu pasti jauh lebih baik untuk direnungkan dari pada membantah dan mencela saja.
Sesungguhnya jika harus memilih diantara membantah atas segala kekurangan yang masih ada, rasanya akan lebih bijak jika semua kita –dari pihak manapun kita– untuk berlomba saja berbuat dan bertindak, baik secara pribadi maupun secara kelompok untuk melakukan segala yang ada gunanya buat diri, buat keluarga atau buat siapa saja.
Jika berminat berolahraga umpamanya, lakukan sajalah olahraga sebagai pengisi waktu yang ada. Andai hobi bernyanyi, ya sudah… bernyanyi sajalah sebagai pemanfaat waktu. Yanag hobi coret-coretan –maksudnya berkarya tulis– di wadah ini, nah teruskan sajalah berkarya tulis. Buat apa harus terus mempermasalahkan masalah yang memang akan terus ada di sekeliling kita.
Lebih dari itu semua, perbuatan dan tindakan yang jauh lebih mulia dan besar guna-manfaatnya tentu saja aktifitas hidup yang berkaitan dengan kemanfaatan hidup itu sendiri. Mulai dari kewajiban menuntut dan memperoleh ilmu hingga kewajiban memenuhi kebvutuhan hidup yang boleh jadi bersandar pada dan atau ilmu itu sendiri.
Konsep hidup untuk ibadah yang sudah diamanahkan agama, dan ibadah adalah segala aktifitas yang berguna buat semua, itu artinya kita harus beraktifitas terus-menerus untuk kemanfaatan hidup semua. Artinya, jika demikian adanya tidak ada waktu buat manusia untuk saling protes dan saling cela atau berbantah-bantah satu dengan lainnya. Mengapa? Karena berbantah-bantah tiada manfaat yang didapat dan diterima baik oleh diri pribadi maupun untuk atau oleh orang lain.
Jadi, tiada kata lain yang tepat sebagai bagian saling-mengingatkan diantara sesama manusia bahwa berlomba untuk kebaikan akan lebih baik dan bermanfaat dari pada berbantah-bantah. Wallohhu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar