Kamis, 05 Januari 2023

Ketulangan Diobat dengan Ketenangan

INI pengalaman buruk saya, malam semalam, Rabu (04/01/2022) malam. Seingat saya, pengalaman seperti ini hanya pernah ketika saya masih kecil saya rasakan. Sudah lama. Masih remaja. Inilah kembali saya merasakan. Ketulangan. 

Memang hanya tulang kecil. Mungkin ukuran sebesar benang dengan perkiraan panjang satu centimeter atau lebih sedikit. Tapi itu perkiraan. Begitu yang terasa di bagian kanan alat menelan di kerongkongan saya.

Malam itu sebenarnya saya makan nasi dengan lauk ayam rendang. Masakan isteri. Tulangnya juga besar. Tidak mungkin akan ketulangan. Tapi isteri saya malam ini kebetulan juga membeli ikan bakar. Ikan bawal bakar. Saya tidak bisa hanya melihat saja. Saya ikut mengambil sedikit dagingnya. Dua atau tiga kali ambil, seingat saya. 

Saat itu nasi di pinggan saya sudah habis. Saya akan mengakhiri makan malam. Sementara isteri saya masih akan meneruskan makannya. Saya melihat di pinggannya masih cukup banyak nasinya. Apalagi ikan bakar seukuran empat ons itu, masih belum setengahnya habis. Sayapun mengambil lagi untuk dimakan tanpa nasi. Saat daging terakhir inilah, tiba-tiba saya merasakan ada tulang yang tersangkut di bagian kanan kerongkongan saya. Reflek saya menyemburkan isi mulut terakhir ini. Isteri saya menegur, karena saya meludahkan ikan terakhir itu, walaupun sesungguhnya daging ikan itu telah masuk bersama tulang yang terbawa itu.

Saya berdiri, mengambil kembali nasi di periuk. Saya bulatkan dan menelannya tanpa mengunyah. Ini pesan orang tua-tua zaman dulu. Nenek saya memang pintar mengobati orang ketulangan. Salah satu cara yang dibuatnya adalah dengan menelan nasi kepalan sebesar telor puyuh seperti yang saya amalkan malam itu.

Karena tulang itu masih terasa, padahal sudah beberapa kepalan saya telan. Lalu saya mencoba menelpon seorang dokter, teman saya. Pak Dokter Ade tidak bernada risau suaranya di seberang sana saat saya telpon melaporkan kasus saya. "Karena tulangnya kecil, Bapak tidak usah risau. Tenang saja. Itu, kan protein, tidak masalah," katanya menenangkan saya. "Nanti akan hancur sendiri," tambahnya.

Saya masih merasakan kesakitan. Tulang itu masih terasa jika saya menelan. Tapi saya berusaha untuk tenang sebagaimana pesan Pak Dokter Ade. Saya sebenarnya ingin ke Apotek Naya malam ini, karena kata Pak Ade di situ tempat praktik Dokter THT. Tadi dia menyarankan jika memang merasa belum nyaman. Tapi saya coba sekali lagi membuat nasi kepalan. Ukurannya sedikit lebih besar. Lalu saya telan tanpa mengunyah sebagaimana dipetuahkan. Alhamdulillah, telanan nasi terakhir ini membawa berkah. Saya tidak lagi merasakan tulang itu. Mungkin sudah terdorong oleh nasi yang terakhir ini.

Ternyata ketenangan yang dipesankan Pak Dokter membuat saya juga tenang dan telanan nasi terakhir itu dengan tenang pula mendorong tulang yang tersangkut itu ke dalam lambung saya. Terima kasih, Pak Dokter, kata saya dalam hati. Tapi saya tidak menelponnya lagi malam itu.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...