SEBELUM waktu subuh --Senin, 20/06/2022-- ini saya tidak tahu kalau akan turun hujan. Saat bangun, seperti biasa tidak terdengar suara-suara pertanda akan hujan. Angin atau guruh tidak ada. Melanjutkan ke kamar mandi untuk BAB, mandi dan bersiap untuk ke masjid. Tidak ada yang berbeda dengan subuh-subuh sebelumnya.
Hanya saja, ketika mendekati waktu subuh akan masuk, barulah saya mendengar seperti gerimis menyiram atap rumah. Dan ketika azan berkumandang, gerimisnya semakin kencang. Tapi hanya gerimis terdengarnya. Belum hujan. Bersiap untuk ke masjid diteruskan. Masih sempat sunah wudhuk dua rakaat.
Selama azan berkemundang, itulah hujannya mulai terdengar. Saya melihat keluar rumah. Memang lumayan lebat. Jika naik kendaraan roda dua seperti biasa, pasti akan basah setibanya di masjid. Itu kesimpulan saya. Sayapun kembali masuk rumah setelah azan selesai dikumandangkan muazzin. Saya ambil saja sunah qobliahnya di rumah.
Alhamdulillah, ternyata hujannya kembali sedikit mereda. Saya simpulkan itu tidak akan membuat basah meskipun hanya menggunakan roda dua. Sayapun memacu shogun tua yang biasanya dipakai anak saya. Dari pada menghidupkan scutter merah yang sedikit lehih berat, saya engkol saja suzuki warna hitam itu.
Di sinilah ujiannya. Sampai di masjid, hujannya kian lebat. Selama solat hujannya tetap lebat. Biasanya, imam subuh tidak menggunakan pengeras suara karena solat subuh relatif tenang --tidak ada anak-anak yang biasanya ramai saat magrib atau isya-- tapi subuh ini harus menggunakan mick. Khawatir makmum tidak mendengar.
Selesai solat dua rakaat itu, hujannya kian lebat. Bagai bah dicurah dari langit atap di atas kepala kami begitu kuat bunyi siram hujannya. Selesai berdoa dan bersalaman bakda solat, semua jamaah tidak bisa berbuat apa-apa. Maksudnya tidak bisa langsung kembali ke rumah seperti biasa. Semua kembali duduk dan mencari tempat untuk berzikir masing-masing. Ada juga yang membuka alquran.
Kurang lebih 40 menit hujannya bertahan. Belum memungkinkan untuk mengurai kedudukan. Hanya saja sedikit reda terdengar hujan. Satu-dua orang mulai berdiri dan mendekati pintu keluar. Saya melihat jamaah ini menghilang di balik pintu. Terdengar bunyi motor dihidupkan. Berarti mereka sudah bergerak, merempuh hujan yang masih lumayan.
Beberapa menit berikutnya sayapun berdiri. Desau hujan di atap terdengar agak berkurang. Sayapun keluar masjid. Menghidupkan Suzuki Shogun yang sudah basah tempat duduknya. Lalu berangkat meninggalkan masjid. Hanya beberapa menit. Sampai di rumah dengan kupiah dan baju yang agak basah, sayapun mengucapkan alhamdulillah karena sudah selamat sampai di rumah.
Hujan subuh yang bergemuruh sejak awal subuh hingga berakhirnya subuh, memang saya tenpuh karena waktu tidak akan berhenti karena hujan itu. Pasti ada hikmah yang terkandung pada hujan yang diturunkan. Sebagai hamba, kita terus dan tetap mensyukurinya. Di musim hujan air sumur melimpah untuk dipakai nanti di musim kering tiba.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar