HINGGA hari ini sudah lima hari berarti. Hingga hari keempat sesungguhnya sudah terasa agak pulih. Belum sempurna seperti sediakala, memang. Tapi hari ini benar-benar sudah kembali pulih. Itulah perasaan yang dialami. Alhamdulillah.
Jika diingat hampir sepekan yang lalu, terutama dua hari pertama, saat itu badan mulai meriang. Kepala pusing perasaan melayang. Ada rasa nyeri di beberapa ruas tulang. Itu benar-benar perasaan yang sulit diulang-bayang. Hanya waktu itu direspon biasa saja. Seperti biasa, kesimpulannya selalu dianggap karena letih saja. Berlebihan tenaga atau pikiran dalam bekerja. Selalu begitu. Tidak mau terlalu berlebihan memikirkan apalagi harus panik. Kata dokter, biasakan bertenang jika merasa badan sakit atau tiba-tiba drop. Jangan sampai hanyut dalam perasaan.
Solusi selalunya istirahat dan nambah asupan serta vaitamin. Dalam tiga-empat hari rasa badan dan pikiran tentu saja tidak nyaman. Tulisan-tulisan bernada keluhan pun diungkapkan agar dibaca teman-teman. Media sosial adalah jalan untuk menyampaikan perasaan. Mungkin bukan keluhan. Lebih kepada berbagi informasi badan yang kurang fit dan tidak menyenangkan.
Dan teman-teman di dunia maya akan memberikan beraneka respon. Intinya mendoakan semoga lekas sembuh kembali. Syafakallah, semoga lekas sembuh, ya kawan. Atau ada kalimat lain yang intinya menyatakan perhatian sekaligus berdoa untuk kesembuhan. Itulah yang selama hampir sepekan dilakukan.
Hari ini, Selasa (01/03/2022) pagi sebagaimana setiap hari, saya menulis perihal keadaan badan yang sudah lumayan. Maksudnya saya sudah merasa sehat kembali. Mandi pagi sebelum subuh ke masjid pun sudah hari kedua dilakukan. Tidak menggigil lagi terkena air seperti empat-lima hari yang lalu itu. Itulah maksud saya, sudah pulih. Status sudah pulih itu tetap saja mendatangkan aneka ragam respon. Doa agar segera sembuh tetap berdatangan. Saya berterima kasih kepada semua kawan-kawan.
Tapi, sejak kemarin sore ternyata isteri saya pula sedikit meriang. Setelah berkegiatan di hari libur --ke rumah keluarga, paginya lalu katanya acara reunian kecil-kecilan siangnyya-- sorenya itulah katanya badannya kurang enak. Hingga malam pun saya saksikan sendiri dengan wajah yang tidak biasanya. Nelangsa pandangannya. Berduka wajahnya. Saya berusaha membuatnya tenang. Lagi pula saya baru hari pertama terasa nyaman betul. Tapi tetap berusaha membuatnya tenang. Tidak usah terlalu khawatir. Mungkin letih saja.
Pagi ini katanya tetap akan ke sekolah. Masih ringan, meskipun tidak sesegar hari-hari sebelumnya. Saya percaya itu meskipun tetap mengingatkan dia untuk waspada. Berjaga-jaga agar tidak semakin parah. Saya juga menjelaskan bahwa salah satu anak saya, juga sudah tiga hari ini tidak merasa enak badannya, katanya. Sendi-sendi bahunya juga terasa ngilu dan sakit, kata Opy, anak saya itu. Ah, ternyata kami sudah bertiga merasakan sakit yang mirip gejalanya. Sakit apa, ini, gerangan?
Lalu saya membuka-buka catatan status teman-teman dalam sepekan. Rupanya dalam pekan-pekan ini sesungguhnya ada banyak kawan-kawan di banyak tempat menyatakan sakit. Gejalanya kok hampir sama. Salah satu cirinya merasakan tulang sakit, begitu. Badan meriang dan selera makan berkurang. Teman-teman di Perruas, salah satu grup WA yang lumayan ramai anggotanya, beberapa orang menyebutkan dirinya sakit. Sudah ada yang sakitnya hampir sepekan. Sudah berobat ke Rumah Sakit juga, katanya. Di Pekanbaru, di Jakarta, di Bengkalis atau di Dumai sana, serentak menyatakan sakit yang hampir sama. Ini sakit apa? Boleh dikatakan, teman kanan-kiri sudah ramai yang sakit. Kena covid atau omicrom, entahlah. Kita berdoa saja, semoga semuanya kembali sembuh.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar