Karena hari dan jam kerja saya pun berangkat dari kantor. Tidak dari rumah seperti di hari Ahad, itu misalnya. Kedai kopi ini selalu ramai pada pagi hari. Tidak hanya di hari-hari libur di akhir pekan. Saya duduk di bagian dalam. Di meja bulat dengan hanya dua kursi. Sayapun memesan teh susu cangkir dan sarapan roti prata. Cukup.
Sambil menunggu pesanan saya melirik ke kiri dan ke kanan, kalau-kalau ada orang yang saya kenal. Untuk ditegur, tentunya sebagai tradisi orang Timur yang selalu berbasa-basi. Ternyata tidak ada. Saya pun membuka android untuk melihat pesan di WA atau info lainnya di medsos. Hanya saja, ada dua orang yang duduk di sebelah kiri kedia. Saya pastikan itu adalah dua orang pelajar. Berseragam sekolah salah satu SLTA di kota ini.
Pandangan itulah yang akhirnya membuat saya menulis catatan ini. Setiap hari saya memang menulis catatan harian. Untuk setiap kejadian penting, menurut saya maka saya akan menulisnya. Tapi apa pentingnya menulis tentang dua orang siswa yang tengah duduk di warung kopi pagi begini?
Sebagai guru, saya tahu ini jam sekolah. Ini jam belajar. Sekitar jam begini saya tahu para siswa pasti masih berada di sekolah. Jikapun sekarang aturannya sedikit berbeda dengan situasi normal, tanpa covid-19, tetap saja tidak tepat pada jam itu seorang atau dua orang pelajar tengah duduk di warung kopi. Keduanya perempuan. Apakah kelasnya sudah selesai pembelajaran? Atau dia sedang meninggalkan kelas dengan tidak resmi? Inilah pertanyaan yang menjadi perhatian saya.
Jika saja kedua pelajar ini memang cabut dari sekolahnya dalam waktu pembelajaran berlangsung, tentu saja ini merusak moral anak-anak muda kita. Apalagi keduanya berpakaian seragam sekolah. Artinya keduanya adalah siswa sekolah. Saya menduga keduanya dari sekolah yang sama. Apakah sekolahnya mengetahui keduanya meninggalkan sekolah tanpa izin?
Tapi jika keduanya sudah di luar jam sekolah karena sekolahnya sudah memulangkan siswanya sesuai jadwal pembelajaran di saat covid-19 tetap saja tidak elok pada jam ini dia berada di kedai kopi. Jika terlalu lapar, dia bisa memesan makanan di situ untuk dibawa ke rumah dan dimakan di rumah saja. Itu lebih baik dan tidak akan menimbulkan spekulasi dari orang lain. Dan saya sangat ragu kalau sepagi itu sudah jam pulang.
Semoga saja perjumpaan saya dengan dua orang siswa pada jam yang menurut saya tidak tepat adanya, baik waktu maupun tempatnya, tidak menjadi alasan masyarakat untuk menyimpulkan kalau siswa saat ini begitu rendah moralnya. Atau tidak pula ada yang menyimpulkan bahwa sekolahnya juga tidak terkelola dengan baik oleh yang bertanggung jawab.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar