SATU hal yang lazim di bulan Agustus adalah keharusan mengibarkan bendera merah-putih di setiap rumah selain di kantor dan atau sekolah. Bendera merah-putih pasti akan berkibar di mana-mana. Tidak hanya di rumah atau kantor, tapi juga di simpang-simpang dan di gerbang-gerbang. Apakah itu sekadar seremoni dan latah belaka atau alasan lainnya kita masing-masinglah yang tahu. Jika ada yang bertanya, mengapa memasang bendera, jawaban sederhana bisa saja dengan alasan ikuta-ikutan atau ada alasan yang serius: ini demi perjuangan dan kemerdekaan.
Kemerdekaaan Republik Indonesia yang diprokalamasikan Sukarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 adalah dasar catatan emas yang dipakai untuk segala kegiatan yang berbau peringatan HUT (Hari Ulang Tahun) RI itu saat ini. Termasuk mengibarkan bendera merah-putih selama bulan Agustus. Kalau ada yang berkata, "Tidak bisa ikut berjuang angkat senjata, minimal berjuang pasang bendera, pasang merah putih sebagai ganti, lumayanlah." Oleh karena itu, yang bersikap begini tidak mau dikatakan sekadar menaikkan bendera saja. Ada nilai perjuangan di dalamnya.
Sebenarnya pernahkah kita bertanya, apakah makna berjuang yang kita pahami? Sederhananya, berjuang itu adalah setiap tindakan dan perbuatan melakukan sesuatu ke arah yang lebih baik. Ini berarti, tidak boleh pasrah atau membiarkan keburukan berlaku. Dalam agama juga dikatakan, kalau melihat ketidakbaikan (kemungkaran), maka cegahlah dengan kekuatan atau kekuasaanmu. Jika tak bisa minimal dengan perkataan atau dengan dongkol di hati dan meninggalkan perbuatan buru itu. Itulah contoh perjuangan yang di era ini sangatlah penting.
Tentu saja banyak lahan perjuangan yang dapat diceburi, khususnya setelah 76 tahun bangsa kita merdeka dari penjajah. Seorang literat, milsanya yang kesehariannya lebih menyukai literasi, maka perjuangan ranah liteasi juga sama pentingnya dengan perjuangan di bidang lainnya. Membangun lingkungan yang aman, menciptakan generasi berakhlak dan karakter baik, membantu sesama, membuat orang lain cerdas dan banyak lagi, adalah perjuangan. Tapi memajukan bidang literasi juga perjuangan yang tidak kurang mulianya.
Apa yang dilakukan Yayasan Pusaka Thamnrin Dahlan (YPTD) dan beberapa lembaga lainnya di bidang literasi adalah contoh perjuangan yang dapat dicontoh dan dilakukan oleh kita. Terkhusus YPTD membuktikan keberasdaannya adalah bagian perjuangan yang dapat terkait langsung dengan momen dan peringatan kemerdekaan bangsa kita karena kelahirannya yang hanya terpaut dua hari dengan tanggal HUT RI, 19 Agustus.
Seperti kita ketahui, setahun yang lalu di tanggal itu YPTD sebagai penerbit dilaunching. Lalu menerbitkan buku sebagai program utama dalam usaha membina dan mengembangkan literasi bangsa. Dengan konsep membantu teman-teman menerbitkan buku ber-ISBN secara mudah dan murah YPTD gencar menerbitkan buku. Dalam satu tahun ini sudah 235 buku ber-ISBN diterbitkan oleh penerbit ini. Di sisi sebelah dalam waktu yang sama, YPTD membuat juga sebuah wadah tempat para sahabat menulis, itulah blog terbitkanbukugratis.id yang dalam satu satun ini begitu maju pesat, baik pengunjung maupun member (penulis) yang berpartisipasi di dalamnya. Silakan dikunjungi, dapat dilihat jumlah pengunjungnya sampai hari ini. Hingga pukul 16.12 WIB hari Ahad (15/08/2021) ini tercatat sebanyak 3.735.147 kali dilihat.
Kini perjuangan YPTD akan memasuki tahun kedua setelah 19 Agustus 2021 nanti. Kita percaya kiprahnya akan semakin jaya di bidang tulis-baca ini. Yang pasti, perkembangan dan kemajuan literasi bangsa akan berada sebagiannya di penerbit ini. Syabasy YPTD, maju terus literasi Indonesia, demi kemajuan dan kemakmuran bersama.***
*Artikel sudah dimuat di www.terbitkanbukugratis.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar