Sabtu, 25 Juli 2020

Motivasi dan Semangat Guru adalah Penangkal Utama Pendemi Covid-19 di Ranah Pendidikan


SETIAP mendapatkan surat dari teman saya, Wisnu Nugroho  (Kompas.com) hampir setiap itu pula saya share suratnya ke media kembali. Dikirimkannya via emal, terkadang secara utuh surat itu saya share ulang, terkadang saya ulas atau disingkat saja dengan mengutip sari-pati suratnya.. Selalu surat-suratnya yang dikirim rutin ke saya, berisi pesan-pesan penting yang sejatinya semua orang perlu juga membacanya.

Surat yang masuk ke email empat hari yang lalu, masih bicara kegalauan kita berkaitan belum sirna juga covid-19 dari negeri kita. Dikatakannya, Pemerintah dengan segala daya-upaya sudah berusaha mengatasi masalah pandemi ini. Kepada masyarakat, kepada kita diingatkan terus bagaimana menyikapi keadaan ini dengan baik dan benar. Tujuannya agar yang sehat jangan lagi terinfeksi dari orang yang duluan terjangkit; yang sakit segera diobati agar sehat kembali dan yang diduga sudah ada gejala corona segera melakukan langkah-langkah terbaik sesuai protokoler kesehatan yang ditetapkan Pemerintah. Itu saja yang perlu kita lakukan.

Pada surat terbaru ini, sahabat saya bagaikan mewakili masyarakat untuk menyampaikan harapan berkaitan keadaan saat ini. Covid yang membuat serasa terjepit, memang perlu usaha efektif agar tidak terus membuat kita, Bangsa Indonesia merasa terhimpit. Terhimpit oleh dan dari berbagai arah. Ada empat pemikiran yang disampaikannya melalui suratnya. Saya akan tuliskan secara (hampir) utuh pesan yang ada di suratnya itu.

Pertama, sejatinya Pemerintah terus menguatkan strategi tes, tracing, dan isolasinya merujuk pada target WHO. Pembatasan interaksi manusia dengan aturan bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah perlu diteruskan. Tentu saja diberlakukan sesuai dengan keadaan setempat. Beberapa Pemerintah Daerah sudah melakukan ini. 

Kedua, masyarakat dan kita sebagai bagian yang ada di dalamnya sebaiknya juga mematuhi protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan (3M) setiap beraktivitas dan berkontak dengan orang lain. Inilah sesungguhnya pagar terbaik agar virus ini tidak leluasa berpindah-pindah dari satu orang ke orang lainnya.

Ketiga, ilmuwan dan akademisi perlu pula terus konsisten memberi saran dan peringatan berbasis data dan ilmu pengetahuan sehingga publik diajar berpikir dan berargumentasi secara rasional. Berseliwerannya berita hoax perihal corna hanya dapat ditangkal dengan cara ini. Jika para pakarnya memberikan penjelasan yang berbasis data, otomatis kita akan lebih mengerti masalah yang sebenarnya.

Keempat, keterlibatan masyarakat sipil sebagai inisiator gagasan dan mitra strategis pemerintah dalam pelaksanaan program ini juga diperlukan. Apa yang saat sudah dilakukan oleh masyarakat dengan mematuhi arahan Pemerintah di satu sisi dan melakukan tindakan-tindakan preventif lainnya di sisi lain adalah cara terbaik yang perlu diteruskan.

Sudah tepat juga, untuk langkah-langkah ini, pemantauan dan penerapan sanksi bagi pelanggar perlu diterapkan. Namun, sebelum pemantauan dan penerapan sanksi itu, pemerintah bertugas mengedukasi masyarakat secara baik dan benar. Juga terus-menerus. Terkadang masyarakat juga tidak mudah untuk sekali memahmi dan langsung mematuhi.

Kepada mereka yang kita jumpai tidak mematuhi protokol kesehatan karena berbagai alasan, kita bisa membantu memberi penjelasan. Penting memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan yang berdampak untuk melandaikan kurva.

Melihat kondisi ini, tidak heran jika para akademisi dan ilmuwan memberi peringatan bahwa pandemi di Indonesia masih jauh dari akhir. Pelonggaran aktivitas ekonomi harus dibarengi dengan pengetatan atas protokol kesehatan.

Terkait dengan akhir masa pandemi, ada sedikit kabar baik yang memunculkan harapan besar. Pekan lalu, upaya dunia untuk menemukan vaksin Covid-19 menunjukkan perkembangannya. Di Indonesia, pada Agustus 2020 akan dilakukan uji klinis untuk vaksin yang diproduksi Sinovac Biotech Ltd. Di Indonesia, Sinovac bekerja sama dengan Perusahaan BUMN PT Bio Farma.

Menurut Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir, vaksin Covid-19 produksi Sinovac sudah melewati uji klinis fase I dan II pada Juni 2020. Uji klinis ini tidak menemukan efek samping yang parah dan menghasilkan respons kekebalan pada 743 relawan.

Sebagai guru, sesungguhnya kitalah yang amat sangat khawatir. Selain ketakutan akan terinfkesi virusnya, di pundak kita sendiri ada beban maha berat untuk meneruskan pendidikan anak-anak, generasi penerus bangsa ini. Betapapun hebatnya kita memilih dan menyiapkan strategi pembelajaran di era covid-19, sudah pasti strategi itu tidak akan maksimal sebagaimana kita lakukan di waktu-waktu lalu. Bukankah itu beban yang begitu berat?

Semoga kita tidak menambah kekhawatiran itu dengan membiarkan ‘semangat guru’ yang masih kita miliki luntur oleh berbagai kendala yang berada di hadapan kita. Di atas segalanya, semangat dan motivasi kita untuk memikul beban ini akan menajdi penentu keberhasilan pendidikan bangsa kita. ***
Juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beri Komentar

Postingan Terbaru

Ramadan, Puasakah Aku?

Sudah kutahan tidak makan seharian Sudah kutahan pula tidak minum seharian Lama, sangat lama Sedari imsak hingga ke tennggelam surya ...