SETIAP mendapatkan
surat dari teman saya, Wisnu Nugroho (Kompas.com)
hampir setiap itu pula saya share suratnya ke media kembali. Dikirimkannya via
emal, terkadang secara utuh surat itu saya share ulang, terkadang saya ulas
atau disingkat saja dengan mengutip sari-pati suratnya.. Selalu surat-suratnya
yang dikirim rutin ke saya, berisi pesan-pesan penting yang sejatinya semua
orang perlu juga membacanya.
Surat yang masuk ke
email empat hari yang lalu, masih bicara kegalauan kita berkaitan belum sirna
juga covid-19 dari negeri kita. Dikatakannya, Pemerintah dengan segala
daya-upaya sudah berusaha mengatasi masalah pandemi ini. Kepada masyarakat,
kepada kita diingatkan terus bagaimana menyikapi keadaan ini dengan baik dan
benar. Tujuannya agar yang sehat jangan lagi terinfeksi dari orang yang duluan
terjangkit; yang sakit segera diobati agar sehat kembali dan yang diduga sudah ada
gejala corona segera melakukan langkah-langkah terbaik sesuai protokoler
kesehatan yang ditetapkan Pemerintah. Itu saja yang perlu kita lakukan.
Pada surat terbaru ini,
sahabat saya bagaikan mewakili masyarakat untuk menyampaikan harapan berkaitan
keadaan saat ini. Covid yang membuat serasa terjepit, memang perlu usaha
efektif agar tidak terus membuat kita, Bangsa Indonesia merasa terhimpit. Terhimpit
oleh dan dari berbagai arah. Ada empat pemikiran yang disampaikannya melalui
suratnya. Saya akan tuliskan secara (hampir) utuh pesan yang ada di suratnya
itu.
Pertama,
sejatinya Pemerintah terus menguatkan strategi tes, tracing, dan isolasinya
merujuk pada target WHO. Pembatasan interaksi manusia dengan aturan bekerja
dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah perlu diteruskan. Tentu saja
diberlakukan sesuai dengan keadaan setempat. Beberapa Pemerintah Daerah sudah melakukan
ini.
Kedua,
masyarakat dan kita sebagai bagian yang ada di dalamnya sebaiknya juga mematuhi
protokol kesehatan, yaitu memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan
(3M) setiap beraktivitas dan berkontak dengan orang lain. Inilah sesungguhnya
pagar terbaik agar virus ini tidak leluasa berpindah-pindah dari satu orang ke
orang lainnya.
Ketiga,
ilmuwan dan akademisi perlu pula terus konsisten memberi saran dan peringatan
berbasis data dan ilmu pengetahuan sehingga publik diajar berpikir dan
berargumentasi secara rasional. Berseliwerannya berita hoax perihal corna hanya
dapat ditangkal dengan cara ini. Jika para pakarnya memberikan penjelasan yang
berbasis data, otomatis kita akan lebih mengerti masalah yang sebenarnya.
Keempat,
keterlibatan masyarakat sipil sebagai inisiator gagasan dan mitra strategis
pemerintah dalam pelaksanaan program ini juga diperlukan. Apa yang saat sudah
dilakukan oleh masyarakat dengan mematuhi arahan Pemerintah di satu sisi dan
melakukan tindakan-tindakan preventif lainnya di sisi lain adalah cara terbaik
yang perlu diteruskan.
Sudah tepat juga, untuk
langkah-langkah ini, pemantauan dan penerapan sanksi bagi pelanggar perlu
diterapkan. Namun, sebelum pemantauan dan penerapan sanksi itu, pemerintah
bertugas mengedukasi masyarakat secara baik dan benar. Juga terus-menerus. Terkadang
masyarakat juga tidak mudah untuk sekali memahmi dan langsung mematuhi.
Kepada mereka yang kita
jumpai tidak mematuhi protokol kesehatan karena berbagai alasan, kita bisa
membantu memberi penjelasan. Penting memakai masker, menjaga jarak dan mencuci
tangan yang berdampak untuk melandaikan kurva.
Melihat kondisi ini,
tidak heran jika para akademisi dan ilmuwan memberi peringatan bahwa pandemi di
Indonesia masih jauh dari akhir. Pelonggaran aktivitas ekonomi harus dibarengi
dengan pengetatan atas protokol kesehatan.
Terkait dengan akhir
masa pandemi, ada sedikit kabar baik yang memunculkan harapan besar. Pekan
lalu, upaya dunia untuk menemukan vaksin Covid-19 menunjukkan perkembangannya. Di Indonesia, pada
Agustus 2020 akan dilakukan uji klinis untuk vaksin yang diproduksi Sinovac
Biotech Ltd. Di Indonesia, Sinovac bekerja sama dengan Perusahaan BUMN PT Bio
Farma.
Menurut Direktur Utama PT Bio Farma Honesti
Basyir, vaksin Covid-19 produksi Sinovac sudah melewati uji klinis fase I dan
II pada Juni 2020. Uji klinis ini tidak menemukan efek samping yang parah dan
menghasilkan respons kekebalan pada 743 relawan.
Sebagai guru,
sesungguhnya kitalah yang amat sangat khawatir. Selain ketakutan akan
terinfkesi virusnya, di pundak kita sendiri ada beban maha berat untuk
meneruskan pendidikan anak-anak, generasi penerus bangsa ini. Betapapun hebatnya
kita memilih dan menyiapkan strategi pembelajaran di era covid-19, sudah pasti
strategi itu tidak akan maksimal sebagaimana kita lakukan di waktu-waktu lalu. Bukankah
itu beban yang begitu berat?
Semoga kita tidak
menambah kekhawatiran itu dengan membiarkan ‘semangat guru’ yang masih kita
miliki luntur oleh berbagai kendala yang berada di hadapan kita. Di atas
segalanya, semangat dan motivasi kita untuk memikul beban ini akan menajdi
penentu keberhasilan pendidikan bangsa kita. ***
Juga di www.mrasyidnur.gurusiana.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar