TERHITUNG sejak tanggal 29 Juni lalu saya mengikuti pelatihan yang bertitel 'Diklat Online Guru Melek IT' hingga hari ini. Masih sisa dua hari lagi sesuai jadwal. Diklat ini akan berakhir pada 10 Juli lusa. Ada dua belas hari waktu yang diberikan untuk mengikutinya. Saya sendiri adalah angkatan ketiga. Dua angkatan sebelumnya dilaksanakan sejak awal Juni lalu. Masing-masing angkatan sama mendapatkan alokasi waktu, 12 hari.
Di angkatan pertama ada seorang teman yang membuat tulisan dengan menggunakan kata 'dahsyat' sebagai ungkapan perasaan bangga dan puasanya setelah mengikuti diklat yang difasilitasi oleh Pak Sukani ini.Tulisan yang ditulis Bu Etna itu dan dipublish di blog guru ini mendapat tanggapan dan pengunjung yang luar biasa. Bukan saja karena isinya yang menarik tapi juga cara dia menguraikan pengalamannya itu yang juga memiliki daya tarik tersendiri.
Saya sudah menjalani diklat ini hingga hari kesepuluh. Jujur saja, saya benar-benar memperoleh pengalaman hebat. Saya tidak segan menyebutnya sebagai pengalaman spektakuler. Bukan karena saya merasa sukses dalam mengikutinya tapi justeru betapa beratnya tantangan dan perjuangan yang saya rasakan. Sebagai orang yang merasa dirinya berkategori 'gaptek' IT, lalu memberanikan diri mengikuti pelatihan penggunaan IT yang begitu dahsyat laju kemajuannya, saya sebenarnya tidak cukup modal awal untuk mengikutinya. Tapi saya tetap mencobanya.
Ada target lain, selain untuk usaha menambah pengetahuan dan pengalaman di bidang IT ini. Secara pribadi (guru) saya sungguh sangat membutuhkan pengalaman dan pengetahuan dalam pembelajaran diklat ini. Tapi sebagai guru yang dituakan di sebuah sekolah, saya justeru merasa jauh lebih penting untuk mengikuti pelatihan ini. Guru-guru di sekitar saya dan guru-guru muda yang begitu potensi untuk berkembang, saya harapkan termotivasi dengan keikutsertaan saya ini. Target ini justeru sangat penting menurut saya.
Usia yang sudah mendekati pensiun sebagai PNS memang tidak membuat saya surut untuk belajar. Apalagi jika perinsip 'belajar-mengajar sepanjang hayat' akan diamalkan, maka sesungguhnya tidak ada kata 'akhir' dalam menimba ilmu. Apapun caranya, menuntut ilmu memang tidak boleh dihentikan oleh usia yang tua. Berkali-kali Bu Etna memberi motivasi untuk masalah ini. Dan saya sangat setuju sekaligus berharap rekan-rekan guru-guru muda jauh lebih bersemangat.
Pengalaman selama sepuluh hari ini, saya benar-benar merasa keteteran mengikutinya. Selain karena memang lumayan padat tugas dan kegiatan sekolah dan kemasyarakatan dalam waktu bersamaan, tapi yang membuat saya begitu tertantang oleh kegiatan ini adalah karena modal awal yang kurang saya miliki itu tadi. Akibatnya, saya lebih banyak bertanya kepada sesama rekan peserta pelatihan dan juga kepada fasilitator sendiri, Pak Sukani. Bahkan saya beberapa kali SMS dan telpon langsung ke Pak Sukani untuk bertanya hal-hal yang saya kurang pahami. Saya tidak segan untuk menyatakan kekurangan dan kelemahan saya itu.
Harus saya akui, fasilitas dan atau sofware seperti e-learning.edu20, ispiring, snapshot, camtasia studio, digibook dan banyak lagi, adalah nama-nama yang sama sekali baru dalam keseharian saya. Sofware yang bagi guru di tempat lain sudah lazim dipergunakan untuk mendukung pembelajaran, tapi jujur saja, di diklat online inilah saya mengenalnya. Itulah spektakulernya pengalaman ini menurut saya. Terlepas dari belum maksimalnya kemampuan saya menyerap pengetahuan dan pengalaman diklat ini, tapi buat saya ini tetaplah sebagai sesuatu yang sangat penting. Semoga kelak saya mampu terus mengembangkannya nanti pasca diklat ini.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar