BOLEH percaya boleh juga tidak. Tapi ini benar-benar ada. Nyata. Di sebuah sekolah (ini yang diberi tahu ke saya, mungkin juga ada yang saya tidak tahu karena tidak diberi tahu) ada para wali kelas melakukan tindakan yang memalukan. Mereka berusaha untuk menyuruh anak-anak di kelasnya agar mengumpulkan uang atau membelikan apa saja untuk dihadiahkan kepada para wali kelas masing-masing. Artinya untuk diri mereka masing-masing sebagai wali kelas.
Dengan memanfaatkan persiapan perpisahan di kelas terakhir, para wali kelas saling mengingatkan anak-anaknya agar tidak lupa menyiapkan juga hadiah-hadiah yang akan diberikan kepada wali kelas masing-masing. Malah untuk keperluan ini ditunjuk juga salah seorang guru yang cukup berpengaruh untuk memperkuat pemberitahuan itu. Jadi, selain para wali kelas yang mengingatkan di kelasnya masing-masing, juga diperkuat lagi oleh salah seorang guru itu. Dia masuk ke kelas-kelas untuk mengumumkan rencana persiapan perpisahan sekaligus mengingatkan anak-anak untuk membelikan oleh-oleh buat para wali kelas masing-masing.
Kebiasaan 'tak biasa' ini ternyata bukan untuk pertama kali pada tahun ini. Informasi yang diberitahukan oleh salah seorang guru kepada saya ini ternyata sudah merupakan kebiasaan tahunan. Bagi siswa kelas terakhir, yang sebentar lagi akan mengikuti UN dan setelah itu selalu ada acara perpisahan sebelum meninggalkan sekolah, para guru terutama wali kelas berlomba mengingatkan anak-anaknya untuk 'tidak lupa memberi hadiah' kepada guru atau wali kelas.
Tentu saja tindakan para guru ini akan mencoreng muka para guru sekaligus muka sekolah itu sendiri. Ini adalah perbuatan memalukan. Ini sesuatu yang tidak perlu dan pasti membuat malu. Tidakkah ini akan merendahkan harga diri dan martabat guru itu sendiri? Meskipun dikatakan pemberian kenang-kenangan itu sudah seikhlas dan sesuka para siswa, apakah mereka benar-benar ikhlas dan suka? Lalu mengapa harus diingatkan mereka agar memberi hadiah?
Satu hal yang mesti diingat bahwa pemberian sesuatu (hadiah) yang ada kaitannya dengan jabatan yang dapat mempengaruhi keputusan atas jabatan itu maka jelas itu sudah melanggar sumpah jabatan itu senediri. Dan yang mesti diingat bahwa sebagai guru, sejatinya tidak boleh berharap apalagi meminta hadiah kepada anak-anak yang dididiknya. Meminta artinya sama saja dengan memelas kepada anak-anak untuk mendapatkan sesuatu.
Sungguh tidak pantas seorang guru memelas kepada anak-didiknya hanya untuk berharap mendapat hadiah akhir tahun. Seperti juga siswa yang tidak boleh meminta-minta nilai secara cuma-cuma maka guru lebih tegas lagi, jangan sama sekali-sekali menjual diri sekedar mendapat hadiah dari anak-didiknya di sekolah. Sikap ini akan mencoreng muka sendiri dan muka sekolah secar keseluruhan. Bukan hanya memalukan secara moral tapi boleh jadi kelak akan berurusan dengan aparat hukum karena itu bisa juga dianggap melanggar hukum. Na'uzubillah!***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar