SESAMPAINYA di rumah saya langsung duduk di depan laptop. Seperti biasa, kalau ada waktu, saya akan membuka komputer jinjing yang sudah jadul itu untuk main internet. Jika speedy tidak jalan, ya sekedar membuka beberapa file lama untuk dibaca atau membuat catatan baru untuk draf. Beitulah sore menjelang asar Kamis (09/ 01) sepulang dari sekolah. Badan letih bagaikan tak peduli.
Baru duduk beberapa menit saya teringat ada sesuatu yang hilang. Saya lupa, kalau tadi sebelum kembali ke rumah saya meletakkan ampelop di atas meja Tata Usaha (TU) sekolah. Tidak banyak, tapi ada uang di dalam ampelop itu. Ah, kalau rezeki uang tak 'kan kemana, sahut saya dalam hati. Insyaallah akan kembali lagi. Begitu keyakinan saya mengingat ampelop yang tertinggal itu.
Untuk memuaskan hati, lalu saya mencoba menelpon salah seorang pegawai TU. Barangkali dia tahu atau dapat membantu mencarinya jika masih ada di sana. Saya percaya, pegawai itu masih ada di sekolah. Setelah menelpon, Ery yang ternyata saat ditelpon sedang ada di rumah, berjanji akan kemnbali ke sekolah untuk mencari ampelop itu. Dan setelah dia kembali ke sekolah, ternyata dia tidak menemukan uangnya.
Katanya, ampelop ada di atas salah satu meja tapi sudah kosong. "Tidak ada uangnya, Pak!" Begitu dia kembali menelpon saya. Ya, sudah, tidak apa-apa. Kalau ada yang menemukannya, besok insyaallah akan dikembalikan juga. Saya ucapkan terima kasih kepada Ery karena telah berusaha mencarinya.
Dalam pikiran yang sedikit bingung terdengar suara azan dari kejauhan. Ah, ternyata sudah masuk waktu, kata saya. Saya lalu ambil wudhuk untuk solat asar. Selepas solat, saya merencanakan akan berolahraga sebentar. Mencari keringat sore. Tapi sebelum saya keluar rumah, tiba-tiba HP saya berbunyi dan salah seorang pegawai TU yang lain menelpon. Adit, begitu nama pegawai itu mengatakan kalau ampelop berisi uang itu ada ada bersama dia. Katanya dia menyimpannya. Haha, saya terkejut dan sekaligus senang. Baru saja saya agak risau walaupun yakin kalau rezeki tidak akan kemana, tiba-tiba sudah ada jawabannya.
Akhirnya saya benar-benar yakin dengan perinsip itu. Orang tua dan guru selalu menmgingatkan begitu. Agama juga mengajarkan bahwa rezeki yang sudah ditentukan Allah memang tidak akan pergi ke tempat lain. Jika itu adalah rezeki kita maka kita akan mendapatkannya walaupun seolah-olah akan hilang.
Sebaliknya jika tidak rezeki maka dia akan melayang entah kemana walaupun mungkin sudah dalam genggaman kita. Maka percayalah bahwa rezeki orang adalah untuk orang dan rezeki kita adalah untuk kita. Ampelop itu walaupun belum sampai ke tangan saya (mungkin besok baru akan saya terima) tapi saya percaya jika itu rezeki saya maka saya akan menerima.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar