WAKTU itu, sepekan yang lalu, saya menulis status begini,
Sebenarnya kita tidak melambaikan tangan untuk berpisah /Kau memang melangkah tinggalkan debu kaki melaju/ Surya menyembul dari ufuk/ Mari terus kita bersama/ dengan gaya seuntai puisi singkat. Diposting di FB Grup Hari Puisi Indonesia.
Meskipun masih sepekan lagi menjalng tahun baru untuk menyambut hari, postingan bernuansa menyambut tahun baru seperti itu sudah banyak di medsos. Karena itu pula saya menulis status begitu. Untuk tidak terkesan abai dan acuh tak acuh dengan akan berakhirnya tahun berjalan, maka lahirlah status itu.
Pada hari yang sama, waktu itu, di salah satu blog --keroyokan yang saya ikut mengeroyoknya-- ada pula pantun yang bertema menyambut tahun baru juga. Saya membaca dengan seksama. Dan tergeraklah tangan saya untuk membalasnya. Dari delapan atau sepuluh bait pantun di situ, saya membalas untuk dua bait saja. Bunyi pantun balasannnya begini,
I
Bus Panin datang terlambat
Ada penumpang hatinya hiba
Hari Senin pekan keempat
Ahad datang Tahun Baru tiba
II
Pauh di tangan sayur diikat
Ikan kerambah dibawa pulang
Jauh berjalan banyak dilihat
Pengalaman bertambah hati pun senang
Jelas terbaca, kalau dua pantun ini memang digubah sepekan lalu. Sepekan menjalang jatuhnya tahun baru, 2023. Hari, Sabtu (31/12/2022) adalah hari terakhir kita berada di tahun 2022. Tengah malamnya kita akan berpindah ke tahun 2023. Dan alhamdulillah, pagi Ahad ini kita berkesempatan membersamai tahun baru ini. Semoga kita sehat selalu dan memasuki tahun baru dengan pikiran dan perasaan baru dalam arti semangatnya baru.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Beri Komentar